Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CNGR Akan Operasikan Pabrik Prekursor di Kalsel Pada Akhir Tahun

        CNGR Akan Operasikan Pabrik Prekursor di Kalsel Pada Akhir Tahun Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Produsen material baterai listrik Tiongkok, Changyuan New Energy Technology (CNGR), memastikan akan mulai mengoperasikan pabrik prekursor baterai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Setangga, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, pada Desember 2025 mendatang.

        Langkah ini menjadi bagian dari investasi besar CNGR Indonesia untuk memperkuat rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Sebagaimana dilaporkan Reuters, perusahaan yang bermarkas di Guizhou, Tiongkok, tersebut telah menanamkan modal sekitar USD 10 miliar atau lebih dari Rp156 triliun guna memperkuat ekosistem hilirisasi nikel dan material baterai di Tanah Air.

        CNGR merupakan salah satu produsen prekursor terbesar di dunia, yang memasok material utama bagi sejumlah raksasa baterai global seperti CATL dan LG Energy Solution.

        Baca Juga: CNGR: Nikel Indonesia Sudah Kuasai Pasar Dunia

        “Tahun ini, CNGR akan mengoperasi untuk prekursor itu di Indonesia nanti Desember 2025, itu di KEK Setangga. Tidak di JIIPE, tapi di Setangga,” ujar Direktur Eksternal Relation CNGR Indonesia, Magdalena Veronika, dalam sesi diskusi Minerba Convex 2025, Kamis (16/10/2025).

        CNGR sejatinya telah berencana meresmikan pabrik prekursor di Indonesia sejak 2021. Namun, kebijakan Inflation Reduction Act (IRA) yang diterapkan Pemerintah Amerika Serikat sempat menahan langkah ekspansi tersebut. Kebijakan itu membatasi pasokan produk dari negara seperti Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara untuk masuk ke rantai pasok industri kendaraan listrik di AS.

        “Jadi, diharuskan yang bisa mensupply EV itu adalah negara yang ada FPA, lalu non-China, non-Rusia, dan non-Korea Utara, seperti itu sehingga terjadi restriksi atau limitasi,” jelas Magdalena.

        Ia menambahkan, bila CNGR memaksakan pengoperasian pabrik pada saat itu, produk yang dihasilkan akan sulit terserap karena pasar EV masih didominasi Amerika Serikat. Namun kini, dengan pesatnya perkembangan industri kendaraan listrik di Asia dan Eropa, CNGR menilai pasar global sudah jauh lebih terbuka.

        Baca Juga: Penjualan Nikel Laris! DKFT Catat Lonjakan Laba 53% di Kuartal III 2025

        “Seiring berjalannya market kita melihat, lalu untuk teknologi khususnya yang saya sampaikan di nikel dalam hal advance material itu tidak ada yang lebih maju daripada Asia. Makanya, sekolah metalurgi yang paling top di dunia itu adanya di Tiongkok,” lanjutnya.

        KEK Setangga sendiri ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada Juni 2024, dengan luas mencapai 668,3 hektare. Kawasan ini ditargetkan menyerap investasi hingga Rp67,69 triliun dan menciptakan hampir 79 ribu lapangan kerja hingga 2053.

        Kawasan tersebut difokuskan pada pengembangan industri smelter, biodiesel, refinery, serta industri fraksinasi untuk mendukung hilirisasi sawit, besi, karet, dan kemasan. KEK Setangga diinisiasi oleh PT Dua Samudera Perkasa, perusahaan nasional yang bergerak di sektor pertambangan, transportasi udara, dan infrastruktur.

        Baca Juga: ESDM Kirim Tim Investigasi ke IMIP Usai Kebakaran Fasilitas Pabrik Nikel

        Dengan beroperasinya pabrik CNGR di Tanah Bumbu, Indonesia semakin mempertegas posisinya sebagai pemain utama dalam rantai pasok baterai global, sekaligus memperkuat realisasi visi hilirisasi mineral strategis nasional.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: