WE Online, Bogor - Kepala Pusat Peneliti Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Witjaksono, mengatakan keanekaragaman hayati Indonesia sangat penting untuk kemajuan ekonomi, sosial, lingkungan dan pengambil keputusan pembangunan di tingkat lokal dan nasional.
"Masyarakat sangat perlu meningkatkan kepedulian penjagaan keanekaragaman hayati dengan pendataan penting," kata Kepala Pusat Peneliti Biologi LIPI, Witjaksono di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/5/2015).
Ia mengatakan sesuai pernyataan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Enny Sudarmonowati beberapa waktu lalu di Cibinong, supaya data keanekaragaman hayat dapat dimanfaatkan banyak pihak.
Maka masyarakat bisa memberikan dukungan sejak eksplorasi, kompilasi, pengolaan data dan informasi melalui pembangunan 'data base' yang terpercaya dan berkelanjutan. "Kalau dukungan sudah maksimal maka masyarakat akan sejahterah," katanya.
Ia menjelaskan Pusat Penelitian Biologi LIPI akan terus menggali keanekaragaman hayati Indonesia dan potensinya. Peneliti LIPI sudah melakukan uji ekspedisi pendataan hayati di lapangan yang telah melakukan pendataan keanekaragam hayati.
Mulai dari Mekongga, Sulawesi Tenggara, Lengguru, Papau Barat, Enggano, Bengkulu, Tambora, Nusa Tenggara Barat. "Permintaan hasil penelitian berbasis ilmu pengetahuan semakin meningkat untuk pemerintah, swasta dan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan, dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti biologi senior LIPI, Sarjiya Antonius telah berhasil memanfaatkan kekayaan mikroba Indonesia untuk mendukung pertanian berkelanjutan. "Semoga semua hasil penemuan dan kajian menjadi sumbangsih bagi kesejahteran masyarakat," katanya.
Sementara itu, Peneliti kimia bahan alam LIPI, Andria Agusta mengatakan peneliti obat-obatan dari hayati di Indonesia masih kekurangan penelitiannya. "Peneliti hanya mendapatkan dana 'Gross Domestic Product' (GDP) hanya 0,09 persen dari keseluruhan Indonesia," katanya.
Ia mengatakan sebab dana minimal inilah menjadi salah satu kendala bagi peneliti untuk menemukan obat berkualitas internasional. Sebenarnya tahun 2014 pemerintah telah menargetkan dalam MP3EI untuk menaikan angka dana penelitian menjadi satupersen. "Kenyataannya hingga saat ini belum terealisasikan," katanya.
Ia menjelaskan sebenarnya Indonesia banyak memeliki peneliti yang kompeten. Namun, kenyataannya sekarang, banyak bahan obat yang berada di Indonesia 95 persen adalah import dari negara lain. "Hasilnya, kategori obat Indonesia belum ada satupun yang dihasilkan dari Indonesia," katanya.
Ia berharap pemerintah Indonesia bisa memberikan bantuan dana agar obat-obat asli Indonesia muncul dengan kualitas internasional. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Achmad Fauzi