Kredit Foto: Antara/Arnas Padda
Pemerintah mempercepat transformasi digital di sektor pertanian melalui program Tani Digital yang digagas Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi). Program ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produksi, menekan biaya, serta memperkuat ketahanan pangan nasional lewat pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) dan kecerdasan artifisial (AI).
“Teknologi baru itu tidak hanya mengawang, tapi harus membumi. Internet of Things dan AI harus dimanfaatkan agar berdampak langsung terhadap produktivitas masyarakat,” ujar Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid saat kegiatan Panen Tani Digital di Kabupaten Sragen, dikutip dari keterangan resmi, Kamis (6/11/2025).
Salah satu inovasi unggulan program ini adalah IoT Smart Precision Agriculture System, teknologi buatan anak bangsa yang mampu meningkatkan produktivitas sekaligus menekan penggunaan pupuk hingga 50 persen.
Baca Juga: Perkuat Ketahanan Pangan, Meutya Hafid Sebut Tani Digital Bukti Keunggulan Teknologi
“Tadi kita lihat produktivitasnya naik, sementara penggunaan pupuk turun sampai 50 persen. Emisi karbon dan polusi air akibat pupuk berlebih juga menurun,” tambah Meutya.
Program Tani Digital merupakan hasil kolaborasi antara Kemkomdigi, Kementerian Pertanian, Pemerintah Kabupaten Sragen, dan mitra penyedia teknologi. Kolaborasi lintas sektor ini dinilai penting untuk memperkuat sistem pangan berbasis data.
“Ini adalah startup-startup lokal. Kalau kita mau mewujudkan kedaulatan pangan, teknologinya juga harus berdaulat. Anak-anak muda ini telah membuktikan bahwa startup lokal bisa betul-betul memberi solusi,” tegas Meutya.
Inisiatif ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya penerapan teknologi modern untuk mencapai swasembada pangan. Dalam KTT APEC 2025 di Korea Selatan, Presiden menegaskan bahwa digitalisasi menjadi kunci memperkuat kemandirian pangan nasional.
“Kita ingin agar teknologi ini bisa dimanfaatkan dalam hal-hal yang menjadi prioritas Bapak Presiden,” kata Meutya.
Baca Juga: Kemkomdigi Luncurkan Tunasdigital.id, Panduan Orang Tua untuk Lindungi Anak dari Konten Negatif
Petani lokal juga mulai merasakan manfaat program ini. Tri Widodo, petani asal Sragen, mengaku penggunaan alat digital “Jinawi” membantu menekan biaya pupuk hingga 40 persen per hektare.
“Sebelum pakai alat digital itu, saya pakai pupuk 1,05 ton per hektare. Sekarang hanya 650 kilogram,” ujarnya.
Selain efisiensi pupuk, Tri menambahkan perangkat IoT memudahkan pemantauan kondisi tanah. “Saya bisa melihat kesehatan tanah, kekurangan zat asam, semua bisa dipantau,” katanya.
Transformasi pertanian melalui Tani Digital menunjukkan bahwa inovasi tidak hanya milik kota besar, tetapi juga menjadi solusi nyata bagi petani di daerah untuk naik kelas lewat teknologi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: