Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dolar AS Melemah, Pasar Tunggu Data Ekonomi dan Arah Kebijakan The Fed

        Dolar AS Melemah, Pasar Tunggu Data Ekonomi dan Arah Kebijakan The Fed Kredit Foto: Antara/Putu Indah Savitri
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan di Kamis (13/11). Hal ini terjadi setelah pemerintah kembali beroperasi, sementara pelaku pasar menilai dampak jangka panjang shutdown terhadap kepercayaan terhadap mata uang dan menantikan rilis data ekonomi utama dari Negeri Paman Sam.

        Dilansir dari Reuters, Jumat (14/11), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kinerja greenback terhadap sejumlah mata uang utama seperti yen dan euro, turun 0,35% menjadi 99,14.

        Baca Juga: The Fed: Kebijakan Imigrasi Trump Bukan Penyebab Rendahnya Pertumbuhan Tenaga Kerja AS

        Shutdown sebelumnya mengacaukan lalu lintas udara, memotong bantuan pangan untuk warga berpenghasilan rendah, serta membuat lebih dari satu juta pekerja tidak menerima gaji selama lebih dari sebulan.

        Shutdown memang berakhir, tetapi seberapa cepat kita bisa kembali normal? Kapan kita akan mendapatkan data lagi? Kapan saya bisa melakukan analisis akurat berdasarkan statistik resmi untuk September dan Oktober? Itu masih diragukan,” kata Direktur Perdagangan Monex Amerika Serikat, Juan Perez.

        Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett mengatakan bahwa pemerintah akan merilis laporan ketenagakerjaan dari Oktober. Namun tanpa tingkat pengangguran karena survei rumah tangga tidak dilakukan selama shutdown.

        Data tersebut berpotensi memengaruhi kebijakan dari Federal Reserve (The FGed). Kekhawatiran inflasi serta tanda-tanda stabilitas pasar tenaga kerja setelah dua kali penurunan suku bunga tahun ini membuat sejumlah pejabat bank sentral semakin berhati-hati terhadap pelonggaran lebih lanjut.

        Probabilitas pasar terhadap pemangkasan suku bunga pada akhir tahun ini turun menjadi di bawah 50%. Namun, pelemahan peluang penurunan suku bunga itu tidak mampu mengangkat nilai dolar.

        Pejabat Federal Reserve juga menyampaikan pandangan berbeda terkait arah kebijakan. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly mengatakan risiko terhadap target stabilitas harga dan tenaga kerja kini lebih seimbang.

        Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari menilai sinyal ekonomi masih campuran, dengan inflasi sekitar 3% masih terlalu tinggi meski beberapa sektor tenaga kerja mulai tertekan.

        Sementara Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack menegaskan kebijakan suku bunga perlu tetap restriktif untuk menekan inflasi.

        Baca Juga: Guru Besar USU Komentari Sorotan pada Penetapan Suku Bunga Pindar oleh Asosiasi Fintech

        Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem juga menyatakan bahwa kebijakan saat ini berada lebih dekat ke tingkat netral, sehingga ruang untuk pelonggaran lebih lanjut sangat terbatas.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: