Kredit Foto: Ida Umy Rasyidah
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak menegaskan bahwa komunikasi strategis menjadi kebutuhan mendesak bagi pelaku bisnis maupun pemerintahan di tengah perubahan pola konsumsi informasi.
Pernyataan itu ia sampaikan saat menjadi salah satu keynote speaker dalam IABC Indonesia Conference 2025 bertema “Strategic Communications at the Heart of Trust, Humanity and Digital Impact”, yang diselenggarakan oleh International Association of Business Communicators (IABC) Indonesia.
Acara yang turut menghadirkan keynote speaker lain seperti Prof. Dante Saksono Harbuwono, Wakil Menteri Kesehatan RI, serta Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI. Prof. Dante membahas “Health Communication in the Age of Misinformation: Building Public Trust for Better Lives”, yang menekankan pentingnya membangun kepercayaan publik di tengah maraknya misinformasi kesehatan.
Baca Juga: Penguatan Komunikasi Publik Jadi Prioritas Utama Kemenko Perekonomian
Sementara Prof. Stella mengangkat tema “Educating Communicators for the Future: Building Human-Centered Digital Thinkers”, yang menyoroti kebutuhan pengembangan talenta komunikasi digital yang berpusat pada manusia.
Emil mengatakan dunia bisnis maupun pemerintahan kini terhubung sangat erat dan tidak dapat berjalan tanpa komunikasi yang solid. Menurutnya, ekosistem informasi saat ini tidak lagi bertumpu pada kanal berita konvensional saja.
“Pola komunikasi sudah berubah. Jurnalistik tetap penting, tetapi kini ada citizen journalism, ada media sosial. Orang sering menyebut sekarang namanya homeless media. Ini menjadi satu kesatuan,” ujar Emil dikutip Jumat (14/11/2025).
Ia menilai berbagai paparan dari para akademisi dan pejabat pemerintah dalam konferensi itu menunjukkan pentingnya memahami dinamika psikologis publik, terutama dalam merespons hoaks. Emil merujuk pada penjelasan Prof. Stella Christie dan Prof. Dante Saksono Harbuwono yang menyoroti bagaimana misinformasi dapat memengaruhi persepsi, serta bagaimana ketidakpercayaan publik mampu meruntuhkan reputasi yang dibangun perlahan.
Emil juga memperingatkan mengenai bahaya framing informasi yang meski berbasis fakta tetap dapat menciptakan persepsi keliru.
“Adanya bahaya framing Fakta yang tepat gitu ya Fakta yang betul Tetapi kemudian bisa menimbulkan persepsi yang salah Nah ini yang kemudian juga harus dihadapi Baik oleh pemerintahan Maupun oleh dunia usaha,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri