- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Dapat Kontrak Jangka Panjang dengan PLN, Bos ARKO Optimis Dongkrak Pendapatan
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) mempertegas langkah akselerasi bisnis melalui serangkaian aksi korporasi yang bertumpu pada kontrak jangka panjang dan percepatan pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Direktur Utama ARKO, Aldo Artoko, menekankan bahwa kerja sama berjangka panjang dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi fondasi utama stabilnya pendapatan perusahaan.
Ia menjelaskan bahwa tiga PLTA yang telah beroperasi yakni PLTA Cikopo di Garut, serta PLTA Tomasa dan PLTA Yaentu di Poso, masing-masing terikat perjanjian jual beli tenaga listrik dengan PLN untuk periode 15 hingga 25 tahun. Pendekatan tersebut pun memastikan arus kas perusahaan bersifat jangka panjang dan dapat diproyeksikan secara konsisten.
Dalam pengembangan proyek baru, ARKO kembali menandatangani perjanjian PPA melalui anak usaha PT Nosu Hydro dengan PLN pada 10 September 2025. Kontrak terbaru itu diperuntukkan bagi PLTA Pongbembe di Sulawesi Selatan dengan tenor 30 tahun sejak commercial operating date (COD).
“Jadi bukan tiap tahun kita harus pusing mencari source of revenue, tapi sekali kita menandatangani satu kontrak, kontrak tersebut akan berlangsung selama 30 tahun, sehingga cash flow untuk investor dan shareholders kita sudah terjamin selama 30 tahun ke depan untuk satu kontrak tersebut,” ujar Aldo, dalam public expose daring pada Selasa (25/11/2025).
PLTA Pongbembe saat ini berada dalam tahap awal pembangunan. Konstruksi dimulai pada November 2025 dan diperkirakan mulai beroperasi komersial pada 2029–2030 dengan kapasitas 20 megawatt (MW).
Selain itu, proyek PLTA Kukusan II di Lampung telah mencapai progres konstruksi 96,1% dan diproyeksikan mencapai COD kuartal IV 2025. Proyek berkapasitas 5,4 MW ini mengantongi kontrak listrik selama 25 tahun.
Proyek lain yang tengah berjalan adalah PLTA Tomoni di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, dengan capaian konstruksi 52,7% dan target COD pada semester I 2026. Kapasitasnya mencapai 10 MW dan telah memiliki kontrak PPA dengan PLN untuk 25 tahun. Jika seluruh proyek baru beroperasi sesuai jadwal, manajemen memperkirakan produksi energi ARKO bakal meningkat hingga 257 gigawatt hour (GWh) pada 2027.
Baca Juga: Dari 1929 hingga Kini, PLTA Tonsealama Jadi Saksi Sejarah Listrik Indonesia
Aldo menambahkan bahwa selain kontrak jangka panjang, biaya pembangunan yang efisien ikut mendukung prospek pertumbuhan perusahaan.
“Kita bisa membangun proyek-proyek kita di bawah standar industri, kita mempunyai ongkos pembangunan sekitar US$1,8 sampai US$2,1 juta per megawatt yang tergolong di bawah standar industri,” katanya.
Dari sisi kinerja keuangan, ARKO membukukan pendapatan Rp247,43 miliar pada periode Januari–September 2025, tumbuh 61,18% secara tahunan. Pertumbuhan ini sejalan dengan kontribusi proyek yang telah beroperasi serta proyeksi ekspansi portofolio.
Sementara itu, pergerakan saham ARKO di pasar modal turut mencuri perhatian. Pada sesi I perdagangan hari ini, harga saham melesat 12,05% ke Rp3.720. Nilai tersebut mencerminkan lonjakan 85,05% dalam sepekan, serta kenaikan 158,33% dalam tiga bulan terakhir. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengeluarkan notifikasi unusual market activity (UMA) terhadap saham emiten energi bersih tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri