Saham Alphabet Terus Melonjak, Google Dekati Valuasi US$4 Triliun!
Kredit Foto: Unsplash/ Solen Feyissa
Saham Alphabet Google mendekati valuasi pasar US$4 triliun. Hal itu terjadi seiring reli saham yang didorong oleh perkembangan kecerdasan buatan (AI). Kapitalisasi pasar perusahaan baru-baru ini mencapai sekitar US$3,82 triliun.
Dilansir Rabu (26/11), Alphabet sepanjang tahun ini sahamnya telah naik hampir 70%. Ia mengungguli kinerja para pesaing dalam bidang teknologi lainnya seperti Microsoft dan Amazon.com.
Baca Juga: Lewat Proyek Google, Amerika Serikat (AS) Perkuat Hubungan Bareng Taiwan
Kenaikan ini mencerminkan perubahan sentimen investor terhadap perusahaan tersebut setelah sebelumnya muncul kekhawatiran bahwa perusahaan tertinggal dalam persaingan akal imitasi usai peluncuran dari ChatGPT.
Alphabet berhasil mendorong pertumbuhan melalui bisnis cloud yang kini menjadi salah satu motor utama pendapatan. Perusahaan juga menarik minat investor terkemuka sebagai investor dan mendapat respons positif atas peluncuran model akal imitasi terbarunya, Gemini 3.
Analis Interactive Brokers, Steve Sosnick mengatakan masuknya investor kakap terhadap perusahaan itu menjadi daya tarik penting bagi investor.
Berkshire Hathaway misalnya, masuknya investor tersebut turut memengaruhi sentimen pasar saham dari Amerika Serikat (AS).
Saham Google juga terdorong oleh meredanya tekanan regulasi, setelah perusahaan relatif tidak terlalu terdampak dorongan bipartisan untuk memperketat aturan antimonopoli di AS.
Google berhasil menghindari pemaksaan penjualan unit browsernya meskipun pengadilan menyatakan bisnis mesin pencari perusahaan sebagai monopoli ilegal, namun tidak memerintahkan pembubaran perusahaan.
Baca Juga: Bos Alphabet Google: Semua Perusahaan Bakal Terkena Dampak Pecahnya Gelembung AI
Meski demikian, lonjakan valuasi ini kembali memicu kekhawatiran sebagian pelaku pasar terkait potensi gelembung harga saham, dengan peringatan bahwa pergerakan pasar mulai terlepas dari fundamental bisnis, mengingatkan pada gelembung dot-com pada akhir 1990-an.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: