Kredit Foto: Kemenperin
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan transformasi menuju industri hijau pada 2050, 10 tahun lebih cepat dari target pemerintah.
Transformasi industri hijau sejalan dengan komitmen nasional dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060, namun memiliki tantangan mendasar pada aspek pemahaman pelaku usaha.
Baca Juga: Dorong Pencapaian Target Wisatawan, Ini yang Disiapkan Kemenpar untuk Nataru
Ini disampaikan Menperin dalam sambutannya saat menerima penghargaan sebagai Tokoh Akselerator Transformasi Industri Hijau dalam gelaran Detikcom Awards 2025 di Jakarta, Selasa malam (25/11/2025).
“Yang kami hadapi adalah tarik menarik antara ini dianggap cost atau investment,” ungkapnya, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Kamis (27/11).
Oleh karena itu, Kemenperin secara berkesinambungan melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada pelaku industri agar transformasi industri hijau dipahami sebagai bentuk investasi masa depan, yang bahkan pada jangka menengah, manfaatnya sudah dapat dirasakan oleh para pelaku usaha.
Sebagai bukti kehadiran pemerintah dalam mengawal agenda tersebut, Kemenperin menyiapkan kerangka regulasi pembentukan nomenklatur Green Industry Services Company (GISCO). Inisiatif ini telah memperoleh dukungan penuh dari World Bank, termasuk dukungan soft loan dan grant, serta telah tercatat dalam Blue Book.
“GISCO akan menjadi jembatan antara pelaku industri yang memang sudah siap untuk transformasi dengan financial company, dengan teknologi provider, dan lain sebagainya. Jadi GISCO ini sudah akan dibentuk dalam waktu dekat untuk mempercepat transformasi industri hijau,” kata Menperin.
Lebih lanjut, Menperin mengajak pelaku industri untuk tidak menunda implementasi transformasi industri hijau. Menurutnya, dinamika pasar global telah bergerak cepat menuju produk berkelanjutan. “Kalau tidak, para pelaku industri akan ketinggalan kereta,” katanya.
Transformasi industri hijau merupakan kesinambungan dari agenda digitalisasi manufaktur yang telah diinisiasi melalui Peta Jalan Making Indonesia 4.0.
Sejak diluncurkan pada 2018, implementasi peta jalan tersebut mampu memacu performa sektor manufaktur, antara lain melalui kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional sebesar 5,58% (YoY) sepanjang tahun 2025, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04%. Kontribusi IPNM terhadap PDB mencapai 17,39%, meningkat dari 16,92% pada triwulan sebelumnya.
“Atas penghargaan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Bang CT, terima kasih kepada Detik. Ini akan menjadi motivasi dan semangat tambahan bagi kami semua,” tutur Menperin.
Sebagai tindak lanjut, Menperin mengundang para peserta untuk turut mendukung dan berpartisipasi dalam AIGIS 2026 yang akan diselenggarakan pada 18–20 November 2026 di JICC, Indonesia.
Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) adalah ruang bersama untuk mempertemukan inovasi, kebijakan, pembiayaan, dan kolaborasi nyata di lapangan. “Mari kita jadikan AIGIS 2026 sebagai momentum besar mempercepat transformasi industri hijau Indonesia,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: