Kredit Foto: YouTube Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 berada di kisaran 4,7–5,5%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan bahwa perekonomian Indonesia ke depan akan lebih baik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan berdaya tahan meski ketidakpastian global masih tinggi.
Baca Juga: Pelunasan Biaya Haji 2026 Dimulai, BSI Siapkan Layanan di 1.039 Cabang dan Platform Digital
“Meningkat lebih tinggi pada 2026 dan 2027 masing-masing dalam kisaran 4,9–5,7% dan 5,1–5,9%,” kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Jakarta, dikutip Sabtu (29/11/2025).
Perry mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi dan investasi yang meningkat, serta ekspor yang cukup baik di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Selain itu, Perry menegaskan, stabilitas eksternal dan sistem keuangan tetap terjaga, disertai digitalisasi yang terus berkembang pesat.
“Ke depan, lima tantangan global perlu terus dicermati dan diwaspadai, yakni berlanjutnya kebijakan tarif AS, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, tingginya utang Pemerintah dan suku bunga negara maju, tingginya kerentanan dan risiko sistem keuangan dunia, serta maraknya uang kripto dan stablecoins pihak swasta,” terangnya.
Lebih lanjut, Perry mengatakan bauran kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2026 diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas, dalam sinergi erat dengan bauran kebijakan ekonomi nasional.
Kebijakan moneter pada tahun 2026 diarahkan untuk menjaga stabilitas (pro-stability) dengan tetap memanfaatkan ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi (pro-growth).
Adapun kebiakan moneter ditempuh melalui empat langkah diantaranya pengendalian inflasi, BI akan terus mencermati ruang untuk menurunkan suku bunga BI-Rate lebih lanjut guna mendukung momentum pertumbuhan ekonomi.
Diketahui BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 150 basis poin dari level tertinggi 6,25%. BI-Rate kini berada di level 4,75%.
“Dengan terkendalinya inflasi, kami akan mencermati ruang penurunan suku bunga BI Rate lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan,” tuturnya.
Kedua, BI turut fokus stabilitas nilai tukar dan penguatan intervensi di tengah tekanan eksternal, BI akan melanjutkan langkah stabilisasi melalui intervensi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri, intervensi spot di dalam negeri, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar domestik.
Ketiga, ekspansi likuiditas moneter pro market untuk efektivitas penurunan suku bunga dan pendalaman pasar uang.
Keempat, BI turut menjaga kecukupan pencadangan devisa melalui instrumen penempatan valas dengan memperluas implementasi DHE SDA.
“Sementara empat kebijakan Bank Indonesia lain, yaitu makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, dan serta pengembangan UMKM dan ekonomi keuangan syariah, semuanya kami arahkan untuk pertumbuhan pro-growth,” terangnya
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait: