Mekari Talenta Ajak Perusahaan Memanfaatkan Disrupsi untuk Akselerasi Pertumbuhan Bisnis
Kredit Foto: Istimewa
Perubahan teknologi yang semakin cepat, perilaku konsumen yang dinamis, serta persaingan global yang tak lagi berbatas telah membawa dunia bisnis ke fase kompetisi yang semakin ketat. Disrupsi kini hadir bukan hanya sebagai tantangan, tetapi sebagai konstan baru dalam menjalankan bisnis.
Perusahaan dituntut tidak hanya memahami perubahan, tetapi juga bergerak lebih cepat, mengambil keputusan berbasis data, serta membangun fondasi Talenta yang mampu mengubah ketidakpastian menjadi peluang pertumbuhan.
Di tengah realitas tersebut, banyak organisasi di Indonesia masih memandang disrupsi secara defensif. Terlalu fokus pada risiko, sehingga peluang pertumbuhan sering terabaikan. Disrupsi sering dianggap sebagai ancaman yang harus ditahan, bukan momentum yang dapat dimaksimalkan.
Baca Juga: 77% UMKM Masih Manual, Mekari dan OCBC Integrasikan Sistem Keuangan Secara Digital
Kondisi ini menunjukkan beberapa tantangan nyata, seperti; Mindset bertahan, bukan bertumbuh. Perusahaan masih sibuk mempertahankan proses lama, padahal kebutuhan pasar sudah berubah jauh lebih cepat daripada respon internal.
Transformasi tertunda karena dilema kecepatan. Banyak organisasi terlalu berhati-hati, sehingga pengambilan keputusan menjadi lambat dan peluang melebur sebelum sempat dieksekusi.
Kapabilitas internal belum siap. Strategi bisnis ingin bergerak cepat, namun SDM dan alat pendukung organisasi belum mampu mengikuti ritmenya. Kepemimpinan belum seirama. Visi perubahan ada, tetapi tidak diterjemahkan secara konsisten ke semua level organisasi, sehingga eksekusi berjalan setengah hati.
Dan budaya kerja belum mendukung inovasi. Struktur dan proses masih terlalu birokratis, membuat kolaborasi lambat, produktivitas terhambat, dan ide sulit berkembang.
Melihat tantangan tersebut, organisasi membutuhkan talenta yang adaptif, kolaboratif, serta disiplin, dan semua itu hanya dapat berjalan optimal bila didukung teknologi yang tepat.
Hal inilah yang menjadi sorotan utama dalam acara “Navigating Disruption for Accelerated Revenue & Optimized Performance” yang diselenggarakan oleh Mekari Talenta, solusi Human Capital Management (HCM) terintegrasi terbesar di Indonesia, di Ballroom Timor, Hotel Borobudur Jakarta.
Acara ini mempertemukan puluhan pemimpin bisnis lintas industri untuk mendiskusikan bagaimana organisasi dapat menang melalui kemampuan beradaptasi, memimpin transformasi, dan membangun budaya yang inovatif, kolaboratif, serta disiplin. Disrupsi, menurut para pembicara, tidak lagi hanya menguji ketahanan bisnis, tetapi semakin menentukan kecepatan, kualitas pengambilan keputusan, serta arah pertumbuhan jangka panjang.
Transformasi di era ketidakpastian memerlukan kecepatan eksekusi dan kemampuan memprediksi kebutuhan tenaga kerja, performa, hingga produktivitas bisnis. Di sinilah teknologi pada manajemen talenta berperan. Platform Mekari Talenta kini membantu perusahaan dengan analisis performa berbasis data, perencanaan tenaga kerja otomatis, insight produktivitas berbasis AI, dan pengelolaan HR strategis untuk scaling lebih cepat.
Dengan data yang akurat dan agile, HR kini berperan tidak hanya sebagai administrasi, tetapi mitra strategis dalam pengambilan keputusan bisnis.
Baca Juga: Gandeng UGM, Telkom Bangun AI Learning Center untuk Dorong Talenta dan Inovasi AI Nasional
Mekari Talenta dan DPLK Simas Jiwa resmi menjalin kerja sama untuk menghadirkan pengelolaan program jaminan hari tua dan pensiun yang terintegrasi di dalam Mekari Flex, platform benefit karyawan dari Mekari Talenta. Melalui integrasi ini, perusahaan dapat memberikan perlindungan finansial jangka panjang sekaligus tunjangan yang relevan dengan kebutuhan karyawan saat ini.
Kemitraan ini menegaskan bahwa transformasi SDM bukan hanya berfokus pada produktivitas hari ini, tetapi juga pada kesejahteraan dan keamanan finansial karyawan, yang terbukti meningkatkan retensi, loyalitas, dan motivasi kerja. Di tengah era disrupsi, keberhasilan bisnis tidak hanya lahir dari sistem yang efisien, tetapi dari organisasi yang mampu mengembangkan sekaligus mensejahterakan manusia yang menggerakkannya.
Banyak organisasi masih memiliki mindset defensif terhadap perubahan, sehingga transformasi sering tertunda akibat dilema antara kecepatan dan kehati-hatian. Maka, kunci utama bukan hanya investasi pada teknologi, tetapi membangun budaya kolaboratif dan adaptif pada seluruh level organisasi. Perusahaan unggul bukan yang paling besar, tetapi yang paling cepat beradaptasi dan mampu mengeksekusi strategi dengan disiplin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait: