- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Bursa Asia Menguat, Saham Teknologi Pulih Namun Dibayangi Kekhawatiran Soal Ekonomi AS
Kredit Foto: Cloudera
Bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan di Rabu (17/12). Investor optimistis, didorong oleh pemulihan ringan dalam saham sektor teknologi. Namun, sentimen pasar masih dibayangi kekhawatiran investor terhadap meningkatnya ketidakpastian kondisi ekonomi dari Amerika Serikat (AS).
Dilansir Selasa (16/12), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China menjadi sosortan dalam perdagangan kali ini:
- Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,92% ke 25.468,78
- CSI 300 (China): Naik 1,83% ke 4.579,88
- Shanghai Composite (China): Naik 1,19% ke 3.870,28
- Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,26% ke 49.512,28
- Topix (Jepang): Turun 0,03% ke 3.369,39
- Kospi (Korea Selatan): Naik 1,43% ke 4.056,41
- Kosdaq (Korea Selatan): Turun 0,55% ke 911,07
Sektor teknologi mencatatkan kenaikan setelah sebelumnya mengalami tekanan tajam. Pemulihan ini didorong oleh aksi beli pada harga rendah (bargain hunting), menyusul pelemahan signifikan pekan lalu akibat keraguan pasar terhadap prospek kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Di China, perhatian investor tertuju pada rencana pemerintah untuk menggulirkan stimulus fiskal tambahan. Fokus ini menguat setelah sejumlah indikator ekonomi menunjukkan pelemahan pada November. Hal tersebut menambah tekanan bagi pemulihan ekonomi dari Negeri Tirai Bambu.
Dari Jepang, pasar saham mencatatkan kenaikan tipis. Sentimen positif didukung oleh data perdagangan yang solid, khususnya pertumbuhan ekspor yang melampaui ekspektasi di November. Kinerja ekspor tersebut mengindikasikan bahwa permintaan luar negeri berpotensi menopang perekonomian pada kuartal berjalan di Negeri Sakura.
Bank of Japan (BOJ) di sisi lain diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada akhir pertemuan dua hari yang dijadwalkan berakhir Jumat.
Baca Juga: BEI Klaim Aturan Non-Cancellation Period Tekan Praktik Saham Gorengan
Ekspektasi kenaikan suku bunga ini didorong oleh pelemahan yen yang berkelanjutan serta tekanan inflasi yang masih bertahan, yang selama ini menjadi beban bagi perekonomian dari Jepang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: