Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Usai Cetak Rekor, Demand Batu Bara Diproyeksikan Turun di 2030

        Usai Cetak Rekor, Demand Batu Bara Diproyeksikan Turun di 2030 Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) mengatakan bahwa permintaan batu bara global mencapai rekor tertinggi pada tahun ini, namun diperkirakan akan mulai menurun secara bertahap hingga 2030.

        Direktur Pasar Energi dan Keamanan Badan Energi Internasional, Keisuke Sadamori mengatakan bahwa hal itu terjadi seiring meningkatnya penggunaan energi terbarukan, tenaga nuklir, dan melimpahnya pasokan gas alam yang menekan dominasi batu bara dalam pembangkitan listrik.

        Baca Juga: Status Subsidi DME Batu Bara Masih Dikaji, Pemerintah Cek Detail 18 Proyek Hilirisasi

        Ia menyebut bahwa pengurangan ketergantungan dunia terhadap batu bara menjadi kunci untuk mencapai target iklim global. Meski demikian, batu bara masih menjadi sumber energi terbesar tunggal dalam produksi listrik global.

        IEA memproyeksikan permintaan batu bara global tahun ini  naik 0,5%, Hal tersebut membuatnya mencapat rekor sekitar 8,85 miliar metrik ton. Setelah itu, permintaan diperkirakan akan mendatar dan mulai mengalami penurunan perlahan hingga akhir dekade ini.

        “Ke depan, kami melihat permintaan batu bara global mencapai titik datar dan akan mulai menurun secara sangat lambat dan bertahap hingga akhir dekade,” ujar Sadamori, dilansir Kamis (18/12).

        Proyeksi tersebut relatif tidak berubah dibandingkan perkiraan tahun lalu, meskipun tren di sejumlah negara menunjukkan dinamika yang berbeda sepanjang 2025.

        Di India, konsumsi batu bara tercatat turun untuk ketiga kalinya dalam lima dekade terakhir, dipicu oleh musim monsun yang intens yang meningkatkan produksi listrik tenaga air dan menekan permintaan listrik.

        Di Amerika Serikat, konsumsi batu bara meningkat akibat kenaikan harga gas alam. Kenaikan tersebut juga didorong oleh kebijakan pemerintah yang menandatangani perintah eksekutif untuk menyelamatkan pembangkit listrik batu bara yang terancam pensiun serta mendorong peningkatan produksi batu bara.

        Di China, permintaan relatif stagnan pada tahun ini dan diperkirakan akan turun tipis pada tahun-tahun mendatang seiring bertambahnya kapasitas energi terbarukan.

        Baca Juga: Gantikan LPG, Danantara Kaji Pemberian Subsidi ke DME Batu Bara

        “China, yang mengonsumsi sekitar tiga puluh persen lebih banyak batu bara dibandingkan gabungan negara-negara lain di dunia, merupakan penggerak utama tren batu bara global,” kata Sadamori.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: