WE Online, Jakarta - Di tengah maraknya vendor smartphone merakit chipset sendiri, Qualcomm terus berupaya mempertahankan posisinya pada bisnis tersebut.
Country Manager Qualcomm Indonesia Shanedyy Ong mengatakan bahwa terdapat rasionalitas yang mesti dipertimbangkan sejumlah vendor untuk memutuskan merakit chipset sendiri.
"Chipset itu biayanya mahal, Qualcomm saja telah menggelontorkan dana hingga 40 juta dolar AS untuk R&D. Kalau company yang tidak punya skala besar, bagaimana caranya mereka spending begitu banyak dana? Karena chipset itu harus terus berinovasi dan tidak akan pernah berhenti R&D itu harus spend terus," ungkapnya di Kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (17/12/2015).
Ditambahkan Shanedyy, selain faktor biaya yang sangat besar untuk R&D, niat untuk merancang chipset turut dipengaruhi kepopuleran brand di industri smartphone. Menurutnya, tindakan Samsung mengusung chipset Exynos lantaran perusahaan itu menemukan peluang pada bisnisnya.
"Samsung dengan Exynos itu memang masuk ke sana (pembuatan chipset) karena variasinya banyak (produk), bisnis case-nya baru ada. Bagi yang belum sebanyak Samsung, mereka akan bekerja sama dengan Qualcomm," katanya.
Hingga akhir tahun ini baru ada dua vendor yang bisa mengorbitkan sebuah chipset. Kedua perusahaan tersebut adalah Samsung dan Huawei.
Adapun, Huawei telah mampu mengorbitkan Kirin. Sementara itu, sejumlah vendor smartphone menggantungkan perangkatnya pada chipset besutan Qualcomm, Mediatek, dan Intel. Adapun, Sony Mobile yang sempat dirumorkan mengusung chipset sendiri membantah kabar itu dan mengatakan Sony Mobile tetap mengusung chipset Qualcomm.
Qualcomm pun telah menerbitkan chipset terbaru ciptaan mereka, Snapdragon 820. Chipset ini dikenal akan kemampuannya yang bisa diterapkan di perangkat selain smartphone. Tidak hanya itu, untuk memantapkan posisinya di bidang chipset, perusahaan asal Amerika Serikat itu akan memperbanyak jumlah rekanan.
"Chipset sendiri kita bagi berdasarkan tiga golongan, mulai dari entry level. Sementara dengan telko kita telah menjalin kerja sama, mereka akan ekspansif tahun depan, terutama layanan 4G. Untuk device, kita juga merangkul vendor smartphone baik lokal, Tiongkok, maupun global," jelasnya.
Informasi tambahan, market share Qualcomm untuk smartphone (chipset) masih 60 persen di Indonesia berdasarkan data GfK.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Febri Kurnia
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: