Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yen Menguat, Toyota Lakukan Program Penghematan

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Jakarta -

Toyota, produsen mobil terbesar dunia, menutup dua dari delapan lift di kantor pusat mereka di Tokyo, Jepang, sebagai upaya penghematan.

Suhu pendingin ruangan juga disesuaikan di tengah munculnya kekhawatiran akan melemahnya ekonomi dunia dan menguatnya mata uang yen yang mengurangi keuntungan perusahaan.

Toyota mengatakan bahwa langkah tersebut diambil untuk membantu perusahaan 'tetap ramping'. Perusahaan mengambil langkah serupa saat krisis keuangan 2008. Tetapi perusahaan tersebut tidak menyebutkan jumlah dana yang diharapkan dapat dihemat.

"Kebijakan ini bukan hal baru," kata juru bicara Toyota, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Minggu (10/7/2016).

"Tujuan utama penghentian lift terutama, selain penggunaan lampu LED, adalah juga membantu melestarikan lingkungan. Menjadi ramah lingkungan selalu menjadi komitmen yang menjadi salah satu nilai penting di dalam Toyota. Karena itulah, kami di Toyota secara aktif mendorong cara kreatif untuk memenuhi janji kami," katanya.

Toyota melaporkan rekor keuntungan selama tiga tahun berturut-turut setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengeluarkan program stimulus yang ditujukan untuk melemahkan yen. Mata uang yang lemah telah mendorong para eksportir untuk membeli produk seperti mobil murah di luar negeri.

Untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2016, Toyota meraih rekor keuntungan sebesar 2,3 triliun yen (US$ 23 miliar). Namun perusahaan telah memprediksi bahwa keuntungan akan jatuh pada tahun ini.

Pasca Brexit, yen telah meningkat tajam. Keputusan rakyat Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa telah menyebabkan ketidakpastian dan mengancam aliran dana global masuk ke yen untuk safe haven. Seperti diketahui, yen adalah mata uang safe haven terkuat di dunia jika terjadi kekacauan pasar global.

Menguatnya yen membuat barang-barang yang diproduksi di Jepang lebih mahal di pasar global, yang berpotensi menyakiti eksportir.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: