Perusahaan minyak terbesar di dunia, Exxon Mobil Corp, melaporkan laba yang lebih rendah dari perkiraan pada kuartal II-2016. Anjloknya laba di kuartal kedua tersebut disebabkan oleh penurunan tajam harga minyak dan margin penyulingan yang lemah.
Mengutip Reuters di Jakarta, Senin (1/8/2016), Exxon Mobil membukukan penurunan laba bersih menjadi US$ 1,7 miliar, atau 41 sen per saham pada kuartal II-2016, dibandingkan dengan US$ 4,19 miliar, atau US$ 1 per saham pada periode yang sama tahun lalu. Sementara analis memperkirakan perolehan laba sebesar 64 sen per saham.
Hasil kinerja kuartal kedua tersebut mengejutkan Wall Street, hingga menggiring saham Exxon turun 2,5 persen menjadi US$ 87,96 dalam perdagangan premarket. Perusahaan ini biasanya dikenal selalu berhasil mencapai target pendapatan. Melesetnya pencapaian Exxon merupakan kali pertama sejak kuartal kedua tahun lalu. Produksi pada kuartal turun sekitar 0,6 persen menjadi 3,9 juta barel setara minyak per hari.
Sementara itu, Exxon memangkas anggaran modalnya sebesar 38 persen pada kuartal kedua, menjadi US$ 5,16 miliar, namun pemangkasan biaya tersebut tidak cukup untuk mengimbangi harga minyak yang tertekan.
Keuntungan Exxon dari produksi minyak dan gas juga dilaporkan anjlok hingga 85 persen menjadi US$ 294 juta. Di Amerika Serikat, Exxon mengalami kerugian besar, di mana perusahaan berbasis Texas tersebut merupakan produsen gas alam terbesar dan produsen minyak utama.
CEO Exxon Rex Tillerson mengatakan hasil kinerja kuartal kedua secara keseluruhan mencerminkan lingkungan industri yang volatile. Awal bulan ini Exxon mengatakan akan membayar lebih dari US$ 2,5 miliar dalam bentuk saham untuk InterOil Corp, yang bertujuan untuk memperluas ekspansi bisnis ke pasar gas alam cair Asia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement