Pameran dan konferensi industri beton dan konstruksi terkemuka se-Asia Tenggara, Concrete Show South East Asia (SEA) 2016 kembali digelar di Indonesia untuk keempat kalinya, pada 14-16 September 2016 bertempat Jakarta International Expo, Kemayoran.
Pameran yang diprakarsai oleh PT UBM Pameran Niaga Indonesia ini merupakan platform yang tepat bagi para pemain di industri beton dan konstruksi, baik di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara untuk memperluas jaringan dan mengembangkan bisnisnya, serta membawa solusi untuk mendukung rencana program pemerintah dalam peningkatan percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia.
Christopher Eve, Presiden Direktur PT UBM Pameran Niaga Indonesia mengungkapkan, “Pemerintah Indonesia masih terus fokus pada pembangunan sektor konstruksi dan infrastruktur sebagai salah satu faktor penting untuk mendorong perekonomian nasional. Percepatan pembangunan infrastruktur, akan mempercepat jalannya tingkat pertumbuhan perekonomian nasional.”
Lebih lanjut Christopher Eve mengatakan, “Melihat potensi Indonesia sebagai salah satu pasar konstruksi yang terus berkembang, PT UBM Pameran Niaga Indonesia kembali menyelenggarakan Concrete Show SEA 2016 di Indonesia untuk keempat kalinya. Concrete Show SEA 2016 akan menghadirkan berbagai macam produk, jasa dan teknologi beton dan konstruksi, seperti concrete mixer, batching plant, mesin bata ringan, dan teknologi besi beton. Concrete SEA Asia 2016 juga diharapkan dapat menjadi sarana meningkatkan kemampuan dan kualitas bangunan dimana semua pemain utama global di industri ini berkumpul dan berinteraksi.”
Tantangan yang sangat mendesak dalam percepatan pembangunan infrastruktur adalah masih rendahnya kualitas infrastruktur di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya indeks infrastruktur Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN. Berdasarkan data Global Rangking Logistic Performance Index (LPI) yang dikeluarkan World Bank tahun 2016, indeks kualitas infrastruktur Indonesia berada di peringkat 63, mengalami penurunan peringkat dibandingkan tahun 2014 yang berada di peringkat 53. Peringkat kualitas infrastruktur Indonesia masih di bawah Singapura yang LPI-nya 5, Malaysia (32), Thailand (45). Di ASEAN, peringkat Indonesia hanya lebih tinggi dari negara Vietnam (64), Filipina (71), Kamboja (73), Myanmar (113) dan Laos (152).
Rendahnya indeks infrastruktur ini berdampak pada tingginya biaya logistik yang bermuara pada ekonomi biaya tinggi dan mahalnya biaya barang dan jasa. Untuk itu, peningkatan teknologi konstruksi harus terus dikembangkan agar percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia dapat tercapai.
Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan, Balai Struktur dan Konstruksi Bangunan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia - Ferri Eka Putra mengatakan, “Kementerian PUPR terus berupaya mendorong semua pemangku kepentingan di sektor ini untuk memfokuskan pada peningkatan riset dan pengembangan teknologi konstruksi agar dapat membantu dalam meningkatkan percepatan pembangunan infrastruktur.”
Tahun 2016, pertumbuhan ekonomi ditargetkan bisa diatas 5 persen, dimana pembangunan infrastruktur akan menjadi prioritas utama pemerintah untuk mendorong kinerja pembentukan modal tetap bruto dan konsumsi nasional. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk pelaksanaan percepatan pembangunan infrastruktur, yaitu dengan menetapkan 30 proyek infrastruktur sebagai proyek prioritas periode 2016-2019.
“Sektor konstruksi menjadi fokus utama pemerintah seiring dengan rencana pemerintah menggenjot percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia dengan menetapkan 30 proyek infrastruktur sebagai proyek prioritas hingga 2019. Para pelaku industri, melalui asosiasi yang terkait, diharapkan juga terus meningkatkan keahlian teknis, dan terus mengadopsi teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas kerjanya. Dengan demikian, tidak saja Indonesia mampu bersaing lebih baik dengan negara-negara ASEAN, tetapi di dalam negeri pun mampu menghasilkan proyek-proyek berkualitas yang dapat membantu membangun negeri ini,” ujar Ferri
Untuk mendukung dan merealisasikan rencana percepatan pembangunan proyek strategis infrastruktur nasional ini, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan pihak-pihak terkait, yang kemudian mengarah kepada kebutuhan dan permintaan akan penyediaan platform sebagai ajang bagi para pemain di industri konstruksi dan infrastruktur untuk bertemu dan saling berinteraksi menjalin networking. “Concrete Show SEA 2016 hadir sebagai platform dan ajang alih teknologi untuk menghasilkan proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur yang berkualitas, dan meningkatkan daya saing Indonesia di mata dunia,” tutup Christopher Eve
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait:
Advertisement