Sektor digital maupun teknologi informasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara maksimal apabila dimanfaatkan dan diimplementasikan dengan baik.
Saat ini Indonesia telah memiliki kekuatan ekonomi digital yang cukup besar. Indonesia merupakan salah satu negara dengan perkembangan internet yang cukup pesat dengan pengguna internet sebanyak 100 juta orang. Dari sisi infrastruktur, pemerintah Indonesia juga tengah mengupayakan pembangunan infarstruktur broadband internet melalui proyek Palapa Ring. Sayangnya, kontribusi ekonomi digital terhadap perekonomian nasional masih belum tampak.
Kontribusi Belum Tampak
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Iwan Jaya Azis mengatakan bahwa hingga saat ini kontribusi ekonomi digital maupun teknologi digital bagi perekonomian secara keseluruhan belum tampak.
Iwan Jaya Azis mengatakan bila teknologi digital atau digital ekonomi memiliki kontribusi terhadap perekonomian maka seharusnya jumlah barang dan jasa maupun produktivitas meningkat, namun pada kenyataannya produktivitas justru menurun seiring dengan perkembangan teknologi digital.
"Ada kemungkinan, semoga saya salah, digital ekonomi, digital teknologi oversold atau overdamped. Realitanya belum, jadi realitanya tidak secepat yang kita dengar dan kita baca karena evidence-nya tidak saya lihat," katanya di Jakarta, akhir bulan Agustus.
Ia menyampaikan transformasi ekonomi digital juga belum diikuti oleh perubahan pola pemikiran (mindset) secara luas. Dalam ekonomi digital, imbuhnya, bisnis model lama yang mengamsumsikan lingkungan tertutup (closed) dan stabil (stable) tidak dapat lagi bertahan karena lingkungan telah menjadi dinamis, terbuka (open), dan tidak stabil (unstable).
"Bisnis model harus berubah, kalau tidak dengan cepat apa yang anda lakukan sukses saat ini berubah. Sepuluh tahun ke depan benar-benar akan berubah. Apakah bisnis model yang mengasumsikan bahwa bisnis lama closed and stable environment menjadi open and unstable environment bisa diantisipasi bisa direspons oleh bisnis model yang baru?" katanya.
Untuk itu, perubahan pola pikir tersebut harus disebarkan secara luas. Pendidikan, menurut dia, merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengubah pola pikir. Selain itu, desain kebijakan yang tepat bagi masyarakat juga dibutuhkan. Ia mencontohkan bahwa selama satu dekade lembaga internasional berupaya untuk mengurangi kemiskinan melalui bantuan tunai dengan menggunakan data digital satelit di sejumlah wilayah Afrika seperti Mali dan Kenya yang ternyata menemui kegagalan.
"Ahli-ahli sudah dikerahkan gagal, kenapa? Ternyata sederhana, saat mereka menggunakan satelit, mereka menemukan ternyata banyak masyarakat desa yang tidak terjangkau dan kemudian mereka tidak menerima uangnya. Kedua, yang menerima uang bukan masyarakat yang seharusnya, bukan masyarakat miskin. Kemudian dia menggunakan tipe atap, jadi di Mali kalau rumah di desa kalau sudah dirumbai itu miskin, kalau dari metal itu kaya, dalam satu tahuan diterapkan perbaikannya 80 persen," paparnya.
Mendorong Kontribusi
Chairman iCIO Community Agus Wicaksono mengatakan sektor digital maupun teknologi informasi memiliki potensi besar buat mengakselerasi pertumbuhan perekonomian nasional. Ia mengatakan bahwa salah satunya caranya adalah dengan meningkatkan daya saing nasional lewat implementasi teknologi informasi.
Agus Wicaksono menyampaikan ada tiga faktor utama yang membuat daya saing suatu negara menjadi lemah, yaitu tingkat korupsi yang tinggi, inefisiensi birokrasi, dan persoalan infrastruktur.
"Nah, TI bisa ikut berperan dalam menangani hal-hal tersebut, yaitu soal inefisiensi birokrasi, infrastruktur, dan masalah korupsi. Seperti transparansi informasi itu kan sesuatu yang kelihatan mudah dan sepele, tapi dampaknya luar biasa terhadap pencegahan korupsi. Sedangkan, inefisiensi birokrasi itu bisa didorong dengan adanya TI agar pelayanan publik lebik baik. Terkait infrastruktur itu bukan cuma bicara jalan dan masalah listrik, tetapi juga high speed internet yang bisa meningkatkan daya saing," katanya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, pertengahan Agustus.
Ia mengatakan salah upaya untuk mendorong kontribusi sektor digital dan teknologi informasi terhadap perekonomian nasional adalah dengan pembentukan komunitas chief information officer bernama iCIO Community. Ia menjelaskan iCIO Community beranggotakan para chief information officer dengan total anggota sebanyak 200 orang. Disampaikan, para CIO tersebut bekerja di korporasi di tanah dengan beragam latar belakang industri.
"Jadi, iCIO bisa dibilang kumpulan para petinggi IT yang bertanggung jawab di korporasi masing-masing. Komunitas ini menghimpun para petinggi IT itu menjadi suatu komunitas profesional," ujarnya.
Secara internal, imbuhnya, iCIO Community ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman antar-semasa CIO. Adapun secara eksternal, ia memastikan pihaknya ingin menjadi aset bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian nasional.
"Kalau rata-rata tiap anggota memiliki pengalaman 10 tahun dan ada 200 anggota di dalam komunitas ini berarti ada sekitar 200 tahun pengetahuan mengenai implementasi digital, IT, dan teknologi. Itu kan sangat luar biasa. Apalagi, sekarang IT itu merupakan urat nadi di korporasi sehingga kalau kita bisa memanfaatkan hal itu maka kita bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kita ingin berpartner dengan semua pihak, kita ingin menjadi partner pembangunan di Indonesia," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement