Salak Pondoh asal Sileman Jawa Tengah sudah sejak lama di ekspor ke mancanegara yakni China dan Korea. Sementara salak asal Tapanuli Selatan Sumatera Utara banyak mengandung air, tidak tahan lama.Artinya bertahan hanya 3 hari saja. Hal itu dikatakan Kasubbag Programnya Marino, Selasa (20/9/2016).
Mereka melakukan studi banding ke Jogja dan Jawa Tengah guna melihat dari dekat lokasi sentra salak pondoh termasuk pengepakan dan paking komoditi ini dan sistim tanam beberapa waktu lalu. Petani salak Pondoh ini sudah tergabung dalam asosiasi atau koperasi dan menampung hasil panen Rp 12.000 per kg.Namun pembelian diutamakan hasil panen anggota kelompok tani.
"Jadi harganya tidak berubah tetap Rp 12.000 per Kg,baik saat panen raya atau tidak ," ujar Marino.
Hasil salak pondoh dari kelompok tani ini kemudian disortir menggunakan alat sortir ini untuk memilah-milah yang besar-besar dan kecil, sehingga hasilnya merata. Jadi memang salak yang diekspor ini merata ukurannya dengan harga standar ekspor Rp 12,500 per Kg, "katanya.
Menurutnya, para petani di Sileman ini mudah dibina dan dibimbing. Pertanamannya cukup luas dan produksinya bisa berkesinabungan. Hasil panennya terus ada.
Menurut Marino, karena tidak bisa diekspor, maka dibuat menjadi manisan. Tentunya hal ini akan dibahas ke depannya sehingga para petani di Tapsel ini bergairah untuk memproduksi tanaman komoditi ini.
Begitu juga Marino membenarkan, di Tiga Juhar Kabupaten Deli Serdang memproduksi salak Ponti( Pondoh Tiga Juhar) yang bibitnya didatangkan dari Sileman Jateng. Soal rasa, tidak jauh beda dengan salak Pondo Sileman. Namun produksi Ponti masih di konsumsi hanya cukup untuk kebutuhan lokal saja.
Selain meninjau sentra salak pondo, pihaknya juga meninjau Dinas Pertanian di Jateng. "Di sini produksi gabah/padi mencapai 6 sampai 7 ton per hektar menggunakan varitas Ciherang," katanya.
Dalam setahun masa tanam bisa 3 kali dan produksi hasil panen cukup tinggi karena sawahnya 80 % irigasi. Sedang Sumut sawah irigasi antara 30 sampai 35 % dengan produksi gabah 4,6 juta ton setahun. "Memang pertanian di Jateng sudah tertata dengan baik," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement