Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan mengatakan merger dua BUMN sektor gas, yakni PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk dan PT Pertamina Gas (Pertagas) akan mampu menekan harga gas untuk industri.
Luhut yang ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu, mengatakan sinergi dua perusahaan itu akan terus didorong demi memenuhi permintaan Presiden Jokowi. Sesuai arahan Presiden Jokowi dalam rapat terbatas Selasa (4/10/2016), harga gas untuk industri diharapkan bisa turun di bawah 6 dolar AS per MMBTU dalam dua bulan.
"Harga gas tadi kami sedang bicarakan. Sekarang kan banyak 'layer-layer' (rantai pasokan) gas sampai ke hilirnya. Kami mau coba sederhanakan. PGN dan Pertagas di-'merger' jadi satu saja," katanya.
Menurut Menko Bidang Kemaritiman itu, sinergi dua BUMN itu diperlukan agar bisa saling melengkapi bisnis gas yang efisien.
"Kadang yang satu punya gas, tapi enggak punya pipa. Atau punya pipa tapi enggak punya gas. Jadi satu saja," katanya.
Luhut juga menekankan tingginya harga gas di hulu. Ia berharap harga gas di sumur bisa di bawah 6 dolar AS per MMBTU.
Dengan begitu, harga gas di hilir bisa ditekan sesuai keinginan Presiden Jokowi.
"Kami berharap harga gas di 'well head' kalau bisa di bawah 6 dolar AS per MMBTU," pungkasnya.
Sebelumnya, pemerintah menargetkan harga gas untuk industri dapat turun menjadi 5 hingga 6 dolar AS per MMBTU guna meningkatkan daya saing industri di Indonesia.
"Lakukan penyederhanaan dan pemangkasan rantai pasok, sehingga lebih efisien dan saya minta agar dijaga juga, dikalkulasi. Ini terkait dengan iklim investasi di sektor gas bumi," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka rapat terbatas mengenai Kebijakan Penetapan Harga Gas untuk Industri di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.
Pemerintah ingin menurunkan harga gas untuk industri di Indonesia yang masih berkisar pada 9,5 dolar AS per MMBTU untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain, khususnya di ASEAN.
Kepala Negara menjelaskan harga gas di Indonesia masih lebih tinggi dibanding negara-negara lain di antaranya 7 dolar AS per MMBTU di Vietnam, 4 dolar AS per MMBTU di Malaysia dan 4 dolar AS per MMBTU di Singapura.
"Padahal negara kita mempunyai potensi cadangan gas bumi yang cukup banyak, sangat banyak. Dan sebaliknya, negara-negara tersebut, baik Vietnam, Malaysia, Singapura, ini dapat dikategorikan mengimpor gas bumi," ujarnya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement