Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Senin (Selasa pagi WIB, 1/11/2016), karena dolar AS yang menguat memberikan tekanan terhadap logam mulia.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember, turun 3,7 dolar AS atau 0,29 persen, menjadi menetap di 1.273,10 dolar AS per ounce.
Emas berada di bawah tekanan karena indeks dolar AS bertambah 0,03 persen menjadi 98,37 pada pukul 18.15 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.
Emas dan dolar AS biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar AS naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor.
Namun demikian, logam mulia dicegah dari kejatuhan lebih lanjut karena Indeks Dow Jones Industrial Average AS turun 22 poin, atau 0,12 persen pada pukul 18.15 GMT.
Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman (safe haven). Sebaliknya, ketika ketika ekuitas AS membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.
Sebuah laporan yang dirilis pada Senin oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan pendapatan pribadi meningkat 0,3 persen, sedikit lebih rendah dari konsensus, namun masih dalam kisaran konsensus.
Para analis mencatat penguatan belanja konsumen, yang meningkat sebesar 0,5 persen, berada pada sisi ujung tinggi dari ekspektasi.
Pedagang juga sedang menunggu rilis risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu (2/11), bersama dengan beberapa buah data ekonomi yang akan dirilis pekan ini.
Investor percaya the Fed akan menaikkan suku bunga dari 0,50 ke 0,75 selama pertemuan FOMC Desember. Menurut alat Fedwatch CME Group, probabilitas tersirat saat ini untuk menaikkan suku bunga dari 0,50 ke 0,75 adalah enam persen untuk pertemuan November, dan 73 persen pada pertemuan Desember.
Perak untuk Desember bertahan tak berubah pada 17,796 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 2,8 dolar AS, atau 0,29 persen, menjadi ditutup pada 978,60 dolar AS per ounce. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement