Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengelolaan Lahan Gambut Kunci Pencegahan Kebakaran

Pengelolaan Lahan Gambut Kunci Pencegahan Kebakaran Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyatakan pengelolaan yang baik terhadap lahan gambut merupakan kunci dalam pencegahan kebakaran lahan.

Sekjen Apkasindo, Asmar Arsyad di Medan, Sumatera Utara, Kamis (3/11/2016) menyatakan, pada dasarnya lahan gambut jika dikelola dengan baik justru mendatangkan banyak manfaat.

Sebaliknya jika lahan gambut dibiarkan begitu saja atau menjadi lahan terlantar atau tidak bertuan justru dapat menyebabkan kebakaran.

"Terbukti bahwa lahan gambut yang terbakar rata-rata adalah lahan terlantar atau tidak bertuan. Sedangkan perkebunan kelapa sawit dilahan gambut adalah terbakar bukan dibakar. Terbakar karena berdekatan dengan lahan gambut yang terbakar akibat tidak dikelola," katanya dalam sebuah diskusi tentang Perkelapasawitan.

Hal senada diungkapkan Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Hasanuddin bahwa jika lahan gambut dikelola dengan baik maka akan memberikan manfaat.

"Tidak sedikit perkebunan kelapa sawit di lahan gambut yang dikelola dengan baik dan hasilnya pun cukup baik," ujarnya.

Oleh karena itu, menurut dia, jika ada pihak yang melarang lahan gambut digunakan untuk budidaya pertanian, maka harus dijelaskan apa alasannya.

Sebab, tidak sedikit lahan gambut yang digunakan untuk budidaya pertanian hasilnya pun cukup baik dan budidaya itu tidak hanya kelapa sawit.

"Jadi kita harus duduk bersama, kemudian menanyakannya apa alasan untuk melarang lahan gambut digunakan untuk budidaya pertanian, termasuk kelapa sawit," katanya.

Guru Besar Ilmu Tanah pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Abdul Rauf menambahkan bahwa budidaya di lahan gambut sesuai good agriculture practices (GAP) kuncinya yaitu dengan water management (manajemen air).

Menurut dia, berapa pun kedalaman gambut kalau water management-nya baik atau tetap mempertahankan permukaan air di 60 cm maka gambut akan tetap baik begitu juga dengan produktivitasnya.

Artinya, melihat pentingnya water management maka dibuatlah drainase yang menghubungkan ke parit-parit agar bisa menambah dan menurunkan permukaan air pada lahan gambut di perkebunan kebun kelapa sawit.

"Hal inilah kunci mengapa perkebunan kelapa sawit tetap mempunyai produktivitas tinggi dan lahan gambut tetap terjaga, satu diantaranya perkebunan di Sumatera Utara," katanya.

Terkait hal itu Kepala Bagian (Kabag) Tanaman PT Socfin Indonesia (Socfindo), Edison Parulian Sihombing, mengakui bahwa dengan pola water management yang baik maka budidaya tanaman kelapa sawit tetap akan tumbuh dengan baik seperti lahan gambut yang ada kebun Negeri Lama, Kabupaten Labuhanbatu milik Socfindo.

Di perkebunan itu dilakukan budidaya kelapa sawit pada lahan gambut dan sudah dilakukan selama 100 tahun atau sudah dilakukan 3 kali replanting atau peremajaan tanaman dan luas areal yang bergambut mencapai 300 hektar.

Dia mengatakan, produktivitas tandan buah segar (TBS) mencapai 27 - 29 ton perhektar pertahun.

"Memang benar dengan pola water management menjadi kunci dalam pengelolaan kelapa sawit pada lahan gambut," katanya.

Tidak sulit Pola tersebut, menurut petani kelapa sawit mandiri asal Desa Sikijang, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar-Riau, Kampar-Riau, Sapta Buana tidak hanya bisa dilakukan pada perkebunan milik perusahaan, tapi juga di perkebunan kelapa sawit milik petani swadaya atau mandiri, karena untuk membuat drainase tidaklah sulit.

"Hal tersebut juga sudah kita aplikasikan pada lahan gambut milik kita sendiri di Kabupaten Kampar Provinsi Riau," katanya.

Selain water management, Sapta yang memiliki kebun kelapa sawit di lahan gambut seluas 50 hektar itu mengingatkan hal yang tidak boleh ketinggalan yaitu pemupukan yang terjadwal.

Dengan demikian, tambahnya, tanaman bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menghasilkan TBS yang tidak kalah besar dengan tanaman kelapa sawit yang ditanam pada lahan mineral dan tentunya dengan kadar rendemen yang tinggi.

"Berbudidaya di lahan gambut, sangat menjanjikan,karena bisa mencapai produktifitas yang maksimal dan lebih setabil. Kemudian karena masih adanya ketersediaan air untuk tanaman pada musim kemarau," ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, agar petani mempunyai nilai tambah maka lahan gambut juga bisa ditanami tanaman lain sebagai tumpang sari, yang berguna untuk menghemat biaya perawatan dan hasilnya tumpang sari tersebut bisa digunakan dikembalikan ke tanaman utama. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: