Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) yang juga salahsatu koordinator Aksi Bela Islam 4 November, Habib Rizieq menyebut Presiden Joko-Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) harus bertanggungjawab atas aksi brutal yang dilakukan oleh aparat dalam demonstrasi di depan Istana Merdeka pada Jumat kemarin. Menurut Rizieq, aksi brutal aparat merupakan bentuk pembantaian massal dan wujud dari pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) berat atau genosida terhadap umat Islam. Melalui pesan tertulisnya, Rizieq menuding pemerintah harus bertanggungjawab atas kerusuhan pada aksi kemarin.
"Saya dan pimpinan Gerakan Nasional Pendukung Fatwa (GNPF) MUI sedang berdoa bersama Umat Islam dalam Aksi Damai Bela Islam?4 November 2016. Mereka ditembaki gas air mata dan peluru karet?yang langsung diarahkan ke Panggung Para Ulama dan ke tengah-tengah umat Islam, tapi mereka tidak bergerak, tidak melawan, tidak lari, tetap sabar dan tegar, terus berdoa, walau mata perih dan nafas sesak. Menembakkan gas air Mata dan peluru karet ke dalam kerumunan jutaan orang yang berdesak-desakan dan kurang oksigen adalah pembantaian massal. Ini Kejahatan Kemanusiaan yang amat berat, genosida terhadap umat Islam," kata Habib Rizieq dalam pesan tertulisnya seperti diterima Warta Ekonomi, Sabtu (5/11/2016).
Seperti diketahui dalam aksi demonstrasi besar-besaran pada Jumat kemarin, terjadi kericuhan didepan istana, setidaknya ada dua mobil aparat yang terbakar. Ditempat lain, tepatnya di Penjaringan, Jakarta Utara juga terjadi penjarahan kios milik warga. Presiden Joko Widodo malamnya pun langsung menggelar rapat terbatas dan menyatakan kerusuhan itu diprovokasi oleh aktor politik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Ferry Hidayat
Advertisement