Perusahaan minyak terbesar Rusia, Rosneft, melaporkan penurunan laba yang signifikan di kuartal ketiga akibat harga minyak yang lebih rendah.
Mengutip BBC di Jakarta, Minggu (13/11/2016), Rosneft membukukan penurunan laba bersih sebesar 77 persen menjadi 26 miliar rubel (US$ 400,7 juta), jauh lebih rendah dari yang diperkirakan. Awal pekan ini, pemerintah Rusia yang memiliki sekitar tiga-perempat saham Rosneft mengatakan akan menjual 20 persen saham di perusahaan sebagai bagian dari program privatisasi untuk penggalangan dana.
Penjualan saham tersebut diharapkan dapat menghimpun dana sebesar ? 9 miliar untuk pemerintah Rusia yang kekurangan uang, akibat anjloknya pendapatan karena penurunan harga komoditas.
CEO Rosneft Igor Sechin mengatakan lingkungan pada pasar komoditas masih sulit selama kuartal ketiga tahun ini. Banyak perusahaan minyak terbesar di dunia telah melaporkan laba yang lebih rendah karena berjuang dengan harga minyak mentah yang rendah.
BP baru-baru ini melaporkan penurunan laba hampir 50 persen di kuartal ketiga, sementara raksasa minyak AS Exxon membukukan penurunan laba hampir 40 persen. Harga minyak mencapai puncaknya pada level US$ 115 per barel pada musim panas 2014, namun kemudian turun tajam karena kombinasi dari peningkatan pasokan dan permintaan yang melambat.
Pada bulan Oktober, berita bahwa kartel produsen minyak OPEC telah menyetujui batas produksi, mendorong harga minyak ke level tertinggi dalam setahun. Minyak mentah acuan Brent diperdagangkan dengan harga di atas US$ 53 per barel.
Namun, keraguan mengenai apakah OPEC akan dapat memberikan pengurangan produksi telah menyebabkan harga minyak kembali tergelincir baru-baru ini. Pada Jumat, minyak mentah Brent diperdagangkan pada nilai US$ 45,77 per barel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement