Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan stabilitas ekonomi ASEAN masih kuat dalam menghadapi tekanan global, meski sempat terjadi gejolak dan timbul sentimen negatif di pasar keuangan usai pemilihan presiden AS.
"Stabilitas dan ketahanan ekonomi ASEAN akan berlanjut, meski ada tekanan pada pasar finansial dan surat utang seusai pemilihan presiden AS," kata Mardiasmo saat membawakan pidato kunci dalam pertemuan ASEAN Finance Ministers Investors Seminar (AFMIS) ke-11 di Jakarta, Selasa (15/11/2016).
Mardiasmo menjelaskan kawasan ASEAN saat ini memiliki rekor pertumbuhan ekonomi yang baik, karena integrasi regional telah berjalan dengan optimal untuk mendukung peningkatan nilai perdagangan maupun investasi.
Hingga saat ini, nilai perdagangan di ASEAN pada 2015 telah mencapai 2,28 triliun dolar AS. Sedangkan nilai investasi langsung (FDI) ke ASEAN tercatat sebesar 120 miliar dolar AS pada 2015 atau mencapai 11 persen dari total FDI dunia.
Meski terjadi perlambatan ekonomi global, namun PDB ASEAN pada 2015 mencapai sekitar 2,5 triliun dolar AS yang didukung pertumbuhan ekonomi yang solid sebesar 4,7 persen. Pada 2016 dan 2017, pertumbuhan ekonomi regional diproyeksikan mencapai 4,5 persen dan 4,6 persen.
"Investor bisa berinventasi di ASEAN karena mempunyai rekam jejak stabilitas makro ekonomi yang baik, pertumbuhan ekonomi dan investasi yang tinggi, pasar yang besar, bonus demografi dan kelas menengah yang berkembang," kata Mardiasmo menambahkan.
Senior Minister of State for Finance and Law Singapura Indranee Rajah menambahkan saat ini sangat penting bagi ASEAN untuk memperkuat ekonomi regional, agar memiliki daya saing yang kompetitif dan investasi regional bisa lebih tinggi dari potensinya.
"Tidak ada satu kebijakan yang cocok untuk diterapkan untuk semua negara, namun setiap negara ASEAN harus memastikan adanya penguatan SDM, menjaga stabilitas makro dan memperkuat konektivitas agar bisa memenuhi permintaan dan menjawab tantangan global," katanya.
Untuk itu, ia tidak terlalu mengkhawatirkan dampak hasil pemilihan presiden AS yang mengejutkan dan berpotensi mengganggu stabilitas pasar keuangan di Asia Tenggara, karena pondasi ekonomi regional telah memadai berkat integrasi dan komitmen yang telah dijalankan.
"Respon ASEAN menanggapi pemilihan presiden masih terlalu dini. Kami tentu memantau berbagai retorika politik yang pernah diucapkan. Kalau memang (presiden AS terpilih) ingin membangun ekonomi domestik dengan infrastruktur, itu bagus saja. Tapi posisi kami saat ini masih 'wait and see'," kata Rajah. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement