Direktur Umum Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengakui kewibawaan mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman saat menghubungi dirinya untuk meminta perusahaan milik rekan Irman menjadi distributor gula impor di Sumatera Barat.
"Apakah telepon dari saudara Irman Gusman membuat Anda dari yang tadinya tidak ingin berbuat menjadi berbuat atau sebaliknya dari yant tadinya beruat jadi tidak ingin berbuat?" tanya anggota majelis hakim Jhon Halasan Butarbutar dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Selasa (15/11/2016).
"Kalau ini yang dimaksudkan ya karena beliau (Irman) seorang yang terhormat dan punya konsituen di daerah (Sumatera Barat), saya harus segera melakukan (permintaan Irman) itu dibanding kalau saya mendapat telepon dari orang yang tidak berasal dari Sumbar dan kewibawaannya tidak seperti beliau," kata Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti.
Djarot menjadi saksi untuk terdakwa pemilik CV Semesta Berjaya Xaveriandy Sutanto dan Memi yang didakwa menyuap Irman Gusman sebesar Rp100 juta agar mengupayakan CV Semesta Berjaya mendapat alokasi pembelian gula yang diimpor Perum Bulog untuk disalurkan di provinsi Sumbar dengan memanfaatkan pengaruh Irman terhadap Direktur Utama Perum Bulog.
CV Semesta Berjaya sudah mengajukan PO untuk membeli gula dari Bulog sebesar 3000 ton sejak 30 Juni 2016, namun belum ada tidak ada respon dari Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Sumbar hingga Memi menghubungi Irman yang merupakan temannya pada 21 Juli 2016. Sehingga Irman pun menelepon Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti yang selanjutnya memerintahkan Benhur untuk mengurus pembelian CV Semesta tersebut sampai perusahaan tersebut mendapatkan gula impor 1.000 ton dari gudang Bulog di DKI Jakarta.
"Kan kewenangan 1.000 di Divre, kenapa harus anda langsung? itu kan kwenangan Benhur selaku Kepala Divre Sumbar, kenapa Anda harus campur tangan?" tanya hakim Jhon.
"Ini kontrol saya ke pekerjaan anak-anak, di dalam kondisi yang berbeda sering di bawah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada," jawab Djarot.
"Jadi melakukan itu karena pengaruh atau tekanan Irman?" tanya hakim Jhon.
"Bukan tapi lebih karena keinginan saya agar gula di daerah segera turun harganya," jawab Djarot.
"Apa yang ditangkap dari pembicaraan dengan Irman? Apa meminta bantuan?" tanya hakim.
"Detilnya yang saya tangkap informasi tentang harga gula di Sumbar yang mahal, kedua info pengusaha gula di Sumbar yang namanya mei lalu akhirnya saya telepon bu Meme untuk memastikan siapa bu Meme, apa benar kawan Pak Irman Gusman atau bukan, apa benar pengusaha," jawab Djarot.
Dalam pembicaraan dengan Meme tersebut, Djarot pun mendapat konfirmasi bahwa Memi yang juga dipanggil Meme itu berasal dari satu kota dengan Irman di Padang dan merupakan distributor bahan pokok.
"Yang saya dapat Bu Meme memang sudah mengajukan permohonan menjadi mitra industri gula kemudian saya dapat info Bu Meme pengusaha besar bahan pokok untuk ukuran Sumbar," ungkap Djarot.
Namun persoalannya, CV Semesta Berjaya hanya mendapatkan 1.000 ton gula dari permintaan 3.000 ton gula yang diajukan, padahal untuk mendapatkan 1.000 ton gula tidak memerlukan tindakan dari Dirut Bulog dan hanya butuh dari Kepala Divre Bulog Sumbar.
"Untuk pembelian sampai 1.000 ton kewenangan di Divre, di atas 1.000 kewenangan di direktur komersial Bulog, dan ini diajukan 1.000 maka antar Divre kalau dari situ saya lihat Divre Padang tanggal 26 Juli mengajukan ke Divre DKI Jakarta kemudian belum bisa terkirim karena 26 Juli melalui Divre Padang melampirkan bukti transfer ke Divre Padang," jelas Djarot.
"Berapa yang dibayarkan Meme?" tanya hakim.
"Saya tidak hapal tapi ekuivalen untuk 1.000 ton gula kristal refinasi," jawab Djarot.
"Kenapa yang dikabulkan 1000 ton?" tanya hakim.
"Sepenuhnya kewenangan Divre karena saya sebagai Dirut mungkin benar kebutuhan average gula di Sumbar 3.000 ton per bulan jadi pengajuan 1.000 ton masih masuk akal tapi itu perhitungan di Divre," jawab Djarot. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Advertisement