Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bandung Jadi Percontohan Kota Ramah Perempuan dan Anak

Bandung Jadi Percontohan Kota Ramah Perempuan dan Anak Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Bandung -

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan Bandung akan menjadi percontohan kota ramah perempuan dan anak.

"Bandung indeks kebahagiaannya yang tinggi dapat menjadi role model untuk menginspirasi kota-kota lainnya di berbagai daerah," kata Yohana kepada wartawan di Bandung, Minggu (20/11/2016).

Menurutnya, masih banyak daerah lain yang memerlukan perhatian khusus karena perempuan dan anak masih belum diperlakukan sebagaimana semestinya.

"Masih terjadi kekerasan di mana-mana karena kekerasan ini jatuhnya kepada anak-anak paling banyak. Kami akan selalu memperjuangkan hak-hak mereka untuk mendapatkan perlindungan," ujarnya.

Ia pun mengajak kepada seluruh masyarakat untuk bersama-sama mengakhiri kekerasan, perdagangan manusia, dan keterbatasan akses ekonomi untuk perempuan.

"Saya mengharapkan kita semua bisa bersama-sama mengakhiri kekerasan ini. Jangan jauh-jauh. Jika kita menemukan tetangga-tetangga yang mengalami kekerasan, mohon didekati dan diberi tahu bahwa undang-undang perlindungan sudah ada. Mereka yang melanggar bisa berhadapan dengan hukum," ujarnya.

Yohana pun mengunjungi tiga tempat di Bandung meliputi, Gedung Merdeka, Bhayangkara, dan Pendopo Mayang Sunda untuk berdialog dengan masyarakat.

"Melalui kegiatan ini, saya berharap bisa mendengarkan langsung permasalahan masyarakat terkait dengan perempuan dan anak, yang sejalan dengan Nawa Cita Bapak Presiden, di mana negara harus hadir di tengah masyarakat," ujarnya.

Adapun, tercatat angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Bandung mengalami penurunan tiap tahun. Berdasarkan data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) pada tahun 2014 tercatat 190 kasus KDRT, ?tahun 2015 menurun menjadi 84, dan hingga September 2016 sebanyak 68 kasus.

Terkait penurunan angka KDRT,?Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan penurunan angka kekerasan bisa jadi karena korban KDRT tidak melaporkan kasus kekerasan yang mereka alami ke pihak?lain.

"Permasalahannya, apakah ini betul secara data sesuai kenyataan. Selama ini banyak curhatan dari ibu-ibu dan anak-anak, mereka enggak ada keberanian menyampaikan permasalahan hidup mereka," ujarnya.

Dalam mengantisipasi hal tersebut, imbuhnya, Pemkot Bandung membuat satgas KDRT di kelurahan-kelurahan, juga menginisiasi program baru bekerja sama PKK, Polrestabes, BNN, dan sejumlah pihak membuat konsultasi teman sebaya.

"Sehingga nanti anak yang terkena kekerasan bisa curhat pada teman sebayanya," ujarnya.

Untuk melindungi anak, ia mengatakan Pemkot Bandung?membuat berbagai kebijakan yang salah satunya adalah pembentukan?UPT agar persoalan KDRT dilayani satu kantor. "UPT perlindungan perempuan dan anak ini melengkapi pelayanan di rumah sakit," katanya.

Emil menegaskan proses edukasi merupakan kunci penanggulangan KDRT. Melalui upacara, tegasnya, dirinya selalu mengingatkan masalah dampak kekerasan, saling menghormati, pernikahan dengan usia matang dan yang lainnya.

"Setiap Senin saya selalu menjadi pembina upacara, saya sampaikan bahaya kekerasan, harus saling menghormati, pernikahan dengan usia matang dan lainnya," ujarnya.

Bandung sendiri, lanjutnya, sudah memiliki kurikulum pendidikan karakter yang bisa mencegah terjadinya tindak kekerasan. "Dengan konsep Bandung masagi ini diharapkan menjadi benteng semua permasalahan apapun," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: