Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, bila diibaratkan jantung, industri manufaktur detaknya sedikit melambat. Pertumbuhannya dari tahun ke tahun terus menurun. Menurunnya sektor manufaktur ini dimulai sejak adanya krisis ekonomi tahun 1998.
"Melambat apalagi sejak krisis 1998 pertumbuhannya terus melambat bahkan di bawah pertumbuhan ekonomi nasional makanya detak jantungnya agak lemah," kata dia di Surabaya, Kamis (24/11/2016).
Bukan hanya pertumbuhan, kontribusi sektor manufaktur juga terus mengalami penyusutan. Dulu, lanjut Josua, daya serap sektor manufaktur terhadap tenaga kerja sangat tinggi.
"Kita lihat elastisitas penyerapan tenaga kerja industri manufaktur terus menurun dimana 1% pertumbuhan ekonomi hanya bisa menyerap 250 ribu tenaga kerja baru. Padahal sebelumnya dengan 1% pertumbuhan ekonomi bisa menyerap 400 ribu," tandasnya.
Dia menilai, pemerintah harus mulai fokus kembali mengembangkan industri manufaktur. Mengingat kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi paling besar di banding sektor tersier lainnya seperti pertanian.
"Memang kita harus genjot lagi sektor manufaktur yang kontribusinya paling besar di Indonesia. Kalau mau keluar dari middle income trap kita harus dorong manufaktur karena dia kontribusinya besar," paparnya.
Berdasarkan catatannya, pada 2015 pertumbuhan sektor manufaktur dari kuartal I sampai IV berturut-turur 4,0%, 4,1%, 4,5% dan 4,4%. Sedangkan pada 2016 kuartal I 4,6%, kuartal II 4,7% dan kuartal III 4,6%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement