Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tragedi Chapecoense: Pesawat Jatuh Akibat Kehabisan Bahan Bakar

Tragedi Chapecoense: Pesawat Jatuh Akibat Kehabisan Bahan Bakar Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Kolombia mengatakan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa pesawat yang membawa tim sepak bola Brasil tersebut jatuh karena kehabisan bahan bakar saat pesawat berupaya mendarat.?

Pesawat tersebut tidak memiliki bahan bakar saat terjadi kecelakaan, demikian menurut seorang pejabat berwenang. Hal itu diperkuat dengan bocornya rekaman yang menunjukkan pilot terdengar meminta izin untuk mendarat karena matinya sistem listrik dan kekurangan bahan bakar.

Dalam rencana penerbangan, Bogota disebut sebagai tempat yang memungkinkan pesawat melakukan pemberhentian untuk mengisi bahan bakar, namun pesawat tersebut tidak mendarat disana.

Dari 77 orang penumpang dan awak, hanya enam yang selamat.

"Setelah melakukan pemeriksaan di semua puing dan bagian dari pesawat, kami bisa menegaskan dengan jelas, bahwa pesawat kehabisan bahan bakar pada saat terjadinya kecelakaan," kata kepala penerbangan sipil Alfredo Bocanegra dalam sebuah konferensi pers, seperti dikutip dari laman?BBC?di Jakarta, Sabtu (3/12/2016).

"Oleh karena itu, kami telah memulai proses untuk menyelidiki dan menguraikan mengapa pesawat ini tidak memiliki bahan bakar pada saat terjadinya kecelakaan."

Sementara itu, pada konferensi pers yang sama, pejabat penerbangan sipil Freddy Bonilla mengatakan bahwa peraturan-peraturan yang ditetapkan menyebutkan bahwa pesawat harus memiliki bahan bakar ekstra untuk cadangan selama 30 menit sehingga bisa mencapai bandara alternatif dalam keadaan darurat. Namun, dalam hal ini pesawat tidak memiliki bahan bakar untuk menjangkau bandara alternatif.

"Mesin adalah sumber listrik, tapi tanpa bahan bakar, jelas sumber listrik sepenuhnya akan hilang," kata Bonilla.

Dalam rekaman yang bocor tersebut, pilot terdengar memperingatkan terjadinya 'listrik mati total' " dan "habisnya bahan bakar." Tepat sebelum rekaman itu berakhir, ia mengatakan ia terbang di ketinggian 9.000 kaki (2.745 m).

Pesawat itu jatuh ke kawasan pegunungan dekat kota Medellin, Kolombia pada Senin (28/11). Tidak adanya ledakan dari pesawat tersebut, yang menurut para ahli merupakan tanda bahwa pesawat itu kehabisan bahan bakar.

Dilaporkan bahwa karena mengalami penundaan keberangkatan (delay), pesawat tidak melakukan pengisian bahan bakar di Cobija, perbatasan antara Brasil dan Bolivia, karena bandara tidak beroperasi pada malam hari.

Sebetulnya pilot memiliki pilihan untuk mengisi bahan bakar di Bogota, namun hal itu tidak dilakukan, sebaliknya pesawat langsung menuju ke Medellin.

"Pilot adalah orang yang mengambil keputusan," kata Gustavo Vargas, perwakilan dari Lamia, seperti dikutip di surat kabar Bolivia Pagina Siete. "Dia pikir bahan bakar akan bertahan."

Para pejabat mengatakan "'kotak hitam' pesawat yang mencatat rincian penerbangan, akan dikirim ke Inggris untuk diperiksa oleh pabriknya, NAE, yang merupakan sebuah perusahaan Inggris.

Penyelidikan penuh atas kecelakaan tersebut diperkirakan akan memakan waktu selama berbulan-bulan.

Tim sepak bola ?Brasil sedianya akan bermain dalam final melawan Atletico Nacional di Medellin pada Rabu malam (30/11).

Tim Chapecoense kehilangan 19 pemainnya, selain itu 20 orang wartawan juga tewas dalam peristiwa tersebut. Dua pemain tim Chapecoense yang selamat masih dalam kondisi kritis namun stabil. Adapun kiper cadangan klub tersebut harus diamputasi satu kakinya dan kemungkinan akan kehilangan dua-duanya. Sementara, seorang wartawan yang terluka juga masih dalam kondisi kritis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: