Rabu (7/12/2016)?pagi, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank bergerak menguat sebesar 44 poin menjadi Rp13.305, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.349 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah kembali menguat bersamaan dengan penguatan kurs di kawasan Asia terhadap dolar AS. Harga minyak mentah dunia yang sedang berada dalam tren penguatan masih menjadi pemicu utama selain sentimen positif dari domestik," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta.
Samuel mengatakan, aliran masuk dana asing masih cukup besar, terutama ke pasar obligasi juga turut menjaga sentimen penguatan rupiah terhadap dolar AS hingga akhir tahun.
Meski penguatan rupiah masih terbuka, lanjut dia, namun faktor global akan mendominasi terutama sentimen hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya, situasi itu dapat menahan laju rupiah.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan, risiko global dari kenaikan suku bunga bank sentral AS diharapkan sesuai proyeksi pasar sehingga dampaknya tidak besar yang dapat mempengaruhi laju mata uang rupiah ke depannya.
"Pelaku pasar cenderung sudah memfaktorkan risiko The Fed, diharapkan kenaikan suku bunganya tidak terlalu besar,"?ujarnya
Menurutnya,?meski rupiah masih berpeluang menguat, namun tetap cermati berbagai sentimen yang ada serta waspadai munculnya aksi jual maupun aksi borong dolar AS yang dapat berimbas pada pembalikan arah rupiah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait:
Advertisement