Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

CEO Exxon Mobil Jadi Kandidat Kuat Menteri Luar Negeri AS

CEO Exxon Mobil Jadi Kandidat Kuat Menteri Luar Negeri AS Kredit Foto: Arif Hatta
Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO Exxon Mobil Corp Rex Tillerson dikabarkan menjadi kandidat kuat yang akan dipilih Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, untuk menjadi menteri luar negeri AS, kata seorang anggota tim transisi Trump.

Trump bertemu Tillerson pada Selasa (6/12/2016) dan berencana akan kembali mengadakan pertemuan di akhir pekan. Trump tampaknya akan memberikan pengumuman mengenai siapa yang akan menduduki jabatan menlu, paling lambat pekan depan, demikian seperti dikutip dari laman Reuters di Jakarta, Senin?(12/12/2016).

Status istimewa Tillerson ini terungkap setelah mantan Wali Kota New York, Rudy Giuliani, secara resmi mengundurkan diri dari calon kandidat menteri luar negeri.

Pejabat transisi, yang berbicara secara anonim tersebut mengatakan Tillerson telah menjadi pembahasan Trump untuk posisi strategis ini. Sebelumnya Trump juga menyebutkan nama Mitt Romney, yang pernah menjadi calon Presiden AS dalam pemilu 2012 dari Partai Republik. Romney diketahui telah bertemu Trump sebanyak dua kali, termasuk pada saat makan malam di New York.

Pejabat tersebut mengatakan, Romney masih dalam pertimbangan untuk diberikan jabatan menlu. Kandidat lainnya selain Romney adalah mantan Duta Besar AS untuk PBB John Bolton, Senator AS dari Tennessee Bob Corker, dan pensiunan Angkatan Laut Laksamana James Stavridis.

Setelah Tillerson dicalonkan, bisnisnya mendapat pengawasan khusus. Exxon Mobil beroperasi di lebih dari 50 negara yang mengeksplorasi minyak dan gas alam di enam benua.

Pada 2011, Exxon Mobil menandatangani kesepakatan dengan Rosneft, perusahaan minyak milik negara terbesar di Rusia. Mereka berencana untuk mengeksplorasi dan memproduksi minyak bersama. Sejak itu, Exxon telah membentuk 10 usaha patungan untuk proyek-proyek di Rusia. Pada 2013, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan Tillerson penghargaan Order of Friendship dari Rusia.

Namun sanksi AS terhadap Rusia atas aksi serangan kepada Krimea, cukup berdampak terhadap Exxon Mobil. Exxon terpaksa menghentikan sejumlah proyek dan mengalami kerugian hingga US$1 miliar. Tillerson kemudian sangat vokal menyuarakan kritik terhadap sanksi itu.

Di sisi lain Trump mengatakan ia ingin menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Keinginan itu menimbulkan kekhawatiran Kongres, bahwa Trump bisa melonggarkan beberapa sanksi terhadap Rusia.

Tillerson adalah pemimpin dan CEO Exxon Mobil sejak 2006. Ia diperkirakan akan pensiun dari perusahaannya tahun depan. Jika Tillerson menduduki jabatan sekretaris negara, masalah iklim akan semakin rumit. Perusahaannya sedang diselidiki oleh Jaksa Agung New York karena diduga telah menyesatkan investor, regulator, dan publik terkait pemanasan global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: