Di Balik Skandal Presiden Korsel Hingga Berujung Pemakzulan
Parlemen Korea Selatan, yang dikuasai kubu oposisi, memutuskan untuk memakzulkan Presiden Park Geun-hye karena skandal korupsi yang melibatkan teman perempuan kepercayaannya.
Mengutip BBC di Jakarta, Senin?(12/12/2016), kepastian pemakzulan dari Park Geun-Hye, diperoleh setelah parlemen melakukan voting pada 9 Desember. Sebanyak 234 anggota parlemen sepakat untuk memberhentikan Park, sementara 56 lain menolak. Itu berarti beberapa dari kubu Park ikut mendukung pemakzulannya.
Rakyat Korea Selatan selama beberapa pekan juga menggelar aksi unjuk rasa secara rutin untuk menuntutnya mundur. Dengan demikian maka Presiden Park diberhentikan untuk sementara waktu sambil menunggu hasil penyelidikan Mahkamah Konstitusi.
Setelah pemungutan suara, Park kembali meminta maaf bahwa ia telah menciptakan kekacauan nasional karena kecerobohannya.
Sebagai penggantinya, Perdana Menteri Hwang Kyo-Ahn (59 tahun) ditunjuk sebagai pejabat pelaksana tugas Presiden Korea Selatan. Hwang pun ditunjuk sebagai presiden sementara hingga Mahkamah Agung Korsel memberikan putusan mengenai nasib Park. Pengadilan diberikan waktu hingga 180 bulan.
Hwang, menghabiskan sebagian karirnya sebagai jaksa. Sebelum menjadi perdana menteri pada Juni 2015, Hwang menjabat sebagai Menteri Kehakiman.
Sebelumnya Kejaksaan Korea Selatan menyatakan Presiden Park terlibat kolusi dengan Choi Soon-sil, yang sudah didakwa menggunakan pengaruhnya sehingga yayasan miliknya mendapat sumbangan US$ 60 juta lebih dari perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan. Seperti sahabat dekat yang biasa, hubungan Park Geun-hye dan Cho Soon-sil sudah berlangsung sejak dulu.
Tahun 1974, ibu Park Geun-hye dibunuh oleh mata-mata Korea Utara yang sebenarnya ingin membunuh ayahnya, Park Chung-hee, seorang jenderal yang kemudian menunjuk dirinya sebagai presiden. Park muda, yang saat itu berusia 22 tahun, kembali dari studinya di Eropa dan mengisi kekosongan posisi ibu negara.
Pada saat itulah dia mengenal Choi Tae-min, seorang pemimpin sekte Kristen yang bernama Gereja Kehidupa Abadi. Choi mengaku dia dikunjungi oleh roh mendiang ibu Park, yang memintanya agar membimbing Park.
Choi Tae-min pun menjadi mentor Park, tapi sekaligus menghimpun kekayaan serta meningkatkan pengaruhnya.
Presiden Park kemudian dibunuh oleh kepala badan intelijen Korsel pada tahun 1979 dan sempat muncul spekulasi bahwa pembunuhan dilatarbelakangi oleh kekhawatiran bahwa presiden sudah dimanipulasi oleh Choi, yang dijuluki sebagai Rasputin Korea, merujuk pada Rasputin yang merupakan penasehat spritual Raja Nicholas II di Rusia.
Pada masa itu, Park muda sudah menjalin persahabatan dengan putri Choi, Choi Soon-sil, yang menurut banyak pihak meneruskan kebiasaan ayahnya.
Beragam laporan yang muncul di media tentang hubungan keduanya dan beberapa bahkan sampai menyebutkan Presiden Park hanya boneka Choi yang menggelar upacara ritual syamanisme, yakni aliran yang meyakini roh orang yang sudah meninggal bisa menyusup ke dalam tubuh dukun seseorang. Namun banyak dari cerita yang beredar itu sama sekali tidak berdasar.
Penyelidikan resmi yang berlangsung terpusat pada dugaan Choi menggunakan hubungan dekatnya dengan presiden untuk memperkaya diri, mempengaruhi kebijakan presiden, dan juga menangani dokumen-dokumen rahasia.
Choi antara lain dituduh menggunakan pengaruhnya untuk menekan perusahaan-perusahan besar Korea Selatan menyumbang jutaan dolar ke dua yayasan yang dikuasainya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement