Warta Ekonomi, Medan -
Selama tahun 2016, lonjakan harga komoditas khususnya cabai menjadi gambaran buruk pengelolaan inflasi di Sumut. Realisasi inflasi yang melebihi angka 6% selama tahun berjalan membuat target inflasi atas BI sebesar 5.5% terlampaui. Padahal BI memiliki target inflasi tahunan sebesar 4.5% plus minus 1%. Hal ini dikatakan pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Selasa (20/12/2016).
"Di tahun ini, pemerintah daerah seharusnya menyadari serta belajar bahwa sisi pengelolaan kebutuhan masyarakat belum sepenuhnya terkelola dengan cukup baik. Sumut masih kedodoran jika dihadapkan dengan anomali cuaca yang membuat harga pangan menjadi sulit dikendalikan,"katanya.
Laju pertumbuhan ekonomi Sumut juga mengalami perlambatan. Secara kuartalan realisasinya menurun di kuartal ke 3 yang hanya sebesar 5.3%. Jelas ini merupakan gejala yang tidak baik karena memang harapannya adalah laju pertumbuhan ekonomi kita menjelang akhir tahun seharusnya mengalami peningkatan.
"Apa yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi Sumut adalah dikarenakan fleksibilitasnya yang tidak baik dan sangat bergantung kepada perekonomian global. Andalan Sumut masih berupa menjual komoditas mentah yang sangat bergantung kepada fluktuasi harga yang ada di pasar internasional,"ujarnya.
Sementara itu, dominasi industri manufaktur yang seharusnya menjadi tulang punggung hilirisasi juga belum berjalan optimal. Sejumlah masalah struktural dituding menjadi biang keladi yang mengakibatkan realisasi pertumbuhan ekonomi Sumut masih jauh dari titik optimalnya.
Jika diperinci lebih detail. Sumut masih mengalami krisis energi terutama energi listrik. Kapasitas mesin pembangkit listrik PLN belum pulih sepenuhnya. Banyak kritikan miring yang disematkan ke PLN karena Sumut kerap mengalami pemadaman bergilir. Padahal infrastruktur ini yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri.
Akan tetapi, jika mengacu kepada investasi di sektor kelistrikan, sebenarnya jika semuanya berjalan sesuai rencana ada potensi Sumut mampu keluar dari krisis listrik. Dimulai dari proyek tol listrik, serta banyaknya pengusaha yang mulai mengembangkan industri ini dengan melakukan kerjasama ke pihak PLN.
"Yang paling penting semua pihak terus mengawasi proyek ini. Baik pemerintah pusat, daerah dan masyarakat. Progressnya harus dipastikan memang memihak untuk terciptanya ketersediaan listrik yang mumpuni. Dan bukan hanya terpaku pada proyek baru, program peremajaan serta perawatan mesin pembangkit juga harus terus diawasi,"ujarnya.
Selanjutnya, pembangunan infrastruktur lainnya juga masih terus dipercepat. "Kita melihat ada eksekusi program pengembangan infrastruktur logistik seperti jalan, pelabuhan, kereta api, maupun bandara yang pengerjaannya tidak menunjukan gejala melambat. Semuanya seakan dikebut,"katanya.
Dan dari infrastruktur inilah yang diharapkan nantinya mampu memberikan dampak?multiplier?yang nantinya akan menambah akselerasi laju pertumbuhan ekonomi Sumut dalam jangka panjang.
"Pada tahun 2016 ini saya menilai ada tonggak pembangunan yang secara fundamental tengah dibangun di wilayah Sumut. Jika semuanya terlaksana, maka akan dengan mudah nantinya menjadi fondasi yang kuat guna menopang pembangunan ekonomi Sumut dalam jangka panjang,"ujarnya.
Nah di tahun 2017, Sumut akan mampu merealisasikan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan tahun ini. Meskipun targetnya masih tidak beranjak jauh dari tahun 2016. "Saya melihat potensi pertumbuhannya masih bisa diakselerasi hingga ke angka 5.4%,"pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement