Bahana Securities memperkirakan pada tahun 2017 tren suku bunga rendah masih berlanjut, menyusul pertumbuhan kredit perbankan yang masih di bawah 10 persen hingga akhir tahun 2016. "Sepanjang tahun ini (2017) kita masih akan melihat risiko dari pergerakan suku bunga The Fed, yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat volatilitas dolar, namun hal ini sudah diperkirakan oleh pasar dan investor," kata ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian di Jakarta, Kamis (12/1/2017).
Menurut Fakhrul, rendahnya serapan kredit pastinya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Diharapkan dengan suku bunga rendah ini, mampu mendorong konsumsi masyarakat yang menjadi motor penggerak roda perekonomian Indonesia. "Meski pergerakan suku bunga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik, tapi ada faktor global yang turut mempengaruhinya," ujarnya.
Untuk itu ia menambahkan bahwa emiten harusnya jeli melihat kesempatan ini, sebab 2017 adalah tahun terakhir suku bunga rendah dan tahun depan, tren suku bunga sudah akan naik. Sejak 2016, meski kondisi perekonomian belum pulih sepenuhnya, beberapa emiten memberanikan diri untuk mencari pendanaan dengan menerbitkan surat utang atau menerbitkan saham perdana di pasar modal karena pendanaan tidak bisa sepenuhnya mengandalkan kredit perbankan.
Bahana Securities selama tahun 2016, tambah Fakhrul, menjadi salah satu underwriter yang berhasil mengantarkan beberapa emiten untuk menerbitkan surat hutang, di antaranya ada 26 transaksi penawaran umum berkelanjutan, masing-masing dua transaksi penerbitan surat utang jangka menengah dan sukuk serta ada tiga transaksi penerbitan surat utang global.
Atas transaksi terbesar yang berhasil dibantu oleh Bahana yakni penerbitan senior bonds Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp4,65 triliun. Bahana mendapatkan penghargaan sebagai Best Local Currency Bond dari The Asset Triple A Country Awards 2016. Ini menjadi bukti nyata, dalam kondisi pasar yang masih diliputi ketidakpastian, Bahana mampu melihat peluang yang pas bagi BRI untuk bisa menerbitkan surat utang dengan yield yang pantas.
"Tahun ini beberapa emiten harus mencari pendanaan untuk menambah modal ekspansi usaha, membayar surat utang jatuh tempo. Bahana memperkirakan jumlah emiten yang akan menerbitkan surat utang pada tahun 2017, akan lebih ramai dibandingkan tahun lalu," katanya.
Bila sepanjang 2016, rata-rata selisih suku bunga surat utang korporasi dengan rating idAAA tenor 1 tahun sekitar 92 basis points (bps) di atas yield surat utang pemerintah, untuk surat utang tenor 3 tahun sekitar 115 bps diatas yield SUN 3 tahun, dan rata-rata yield surat utang tenor 5 tahun sekitar 145 bps di atas SUN 5 tahun, serta surat utang korporasi tenor 10 tahun sekitar 196 bps di atas SUN 10 tahun.
Maka tahun 2017, Bahana meyakini selisihnya akan cenderung stabil atau mengecil karena tren penurunan suku bunga dan berlanjutnya perbaikan ekonomi. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement