Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta mencatat inflasi Jakarta pada bulan pertama tahun 2017 sebesar 0,99% (mtm). Inflasi ini cukup tinggi bila dibandingkan Desember 2016 yang mencatatkan inflasi yang cukup rendah, yakni 0,27% (mtm).
Angka inflasi tersebut juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata inflasi Januari lima tahun sebelumnya (0,45%, mtm), maupun dengan inflasi nasional yang tercatat 0,97% (mtm).
Walau demikian, jika dilihat secara tahunan, inflasi Ibukota pada Januari 2017 yang sebesar 3,13% (yoy) masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai 3,49% yoy.
Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Doni P. Joewono mengatakan, Di tengah terkendalinya permintaan masyarakat dan harga pangan di Ibukota, kebijakan pemerintah berupa penyesuaian harga pada beberapa komoditas administered prices menjadi pemicu utama tingginya inflasi Jakarta pada bulan ini.
"Kebijakan tersebut terutama terkait peningkatan biaya administrasi STNK dan pencabutan subsidi listrik 900 VA yang secara bertahap telah dimulai pada Januari 2017," ujar Doni di Jakarta, Rabu (1/2/2017).
Menurutnya, adanya penyesuaian biaya administrasi STNK secara signifikan mendorong kenaikkan biaya perpanjangan STNK dalam keranjang IHK, sebesar 107.38% (mtm). Kenaikan tersebut telah menyumbang 0,27% dari total inflasi bulan ini. "Adapun kenaikan tarif listrik yang tercatat sebesar 4,17% (mtm) turut memberikan sumbangan sebesar 0,16%," tandasnya.
Sementara itu, inflasi kelompok volatile food pada Januari 2017 masih terkendali. Terjaganya harga pangan terutama bersumber dari harga beras dan bumbu-bumbuan yang tetap stabil.
"Indeks harga beras tercatat tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya. Langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga kesinambungan dan manajemen stok yang baik mampu menjaga kestabilan harga beras," papar Doni.
Antisipasi pengadaan beras dengan bekerja sama dengan Bulog, juga dapat menjaga pasokan beras di Jakarta secara normal. Cabe merah dan bawang merah masing-masing mengalami penurunan harga sebesar 6,34% (mtm) dan 7,59% (mtm). Stok yang terjaga yang didukung oleh mulai membaiknya cuaca yang mendukung produksi, menjadi sumber turunnya harga kedua komoditas tersebut.
"Dengan harga beras yang stabil serta cabe merah dan bawang merah yang menurun, dapat menahan laju inflasi kelompok bahan pangan secara keseluruhan, di tengah kenaikan harga daging ayam ras dan cabe rawit yang cukup tinggi," terang Doni.
Demikian halnya dengan inflasi inti, perkembangannya pada Januari 2017 juga terpantau stabil. Adanya kenaikan tarif pulsa telepon seluler (ponsel) dan beberapa komoditas yang terpengaruh pencabutan tarif listrik tidak terlalu berdampak pada perkembangan inflasi inti di bulan ini.
Indeks harga tarif pulsa ponsel tercatat mengalami kenaikan sebesar 9,64% (mtm) seiring penyesuaian tarif oleh beberapa provider telekomunikasi, dan menyumbang 0,16% dari inflasi Ibukota.
Sementara itu, pencabutan subsidi listrik diikuti oleh kenaikan harga beberapa komoditas lainnya, antara lain sewa rumah dan kontrak rumah yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 3,23% (mtm) dan 0,17% (mtm).
Adapun permintaan masyarakat yang relatif masih terbatas di tengah kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2017, serta nilai tukar yang cukup stabil, turut mendukung stabilnya inflasi inti secara keseluruhan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil
Advertisement