PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (bank bjb) tidak hanya fokus pada pengembangan bisnis. Akan tetapi, lembaga perbankan milik BUMD tersebut pun punya perhatian besar bagi para tenaga pendidik.Salah satunya mengucurkan dana tunjangan profesi guru sebesar Rp 12 Triliun sepanjang tahun 2016.
Direktur Utama bank bjb, Ahmad Irfan mengatakan penyaluran itu merupakan komitmen jajarannya untuk meningkatkan keberadaan profesi guru. Upaya peningkatan itu pun, lanjutnya, terealisasi setelah jajarannya bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidik Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. "Di Jabar, kami pun bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Jabar dalam hal penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) level sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).
"Nilainya Rp 12 triliun bagi 261 ribu orang guru bersertifikasi. Penyaluran itu berlangsung selama? 2016," katanya kepada wartawan di Bandung, Kamis (2/2/2017)
Ahmad Irfan menjelaskan pihaknya mengembangkan sebuah program berhadiah berkenaan dengan profesi guru, yaitu Program bjb Cinta Guru. Menurutnya, melalui program ini, diharapkan jaringan dan consumer base khususnya nasabah potensial dari kalangan guru dan tenaga pendidikan menjadi lebih berkembang.
Selain itu, program hadiah yang khusus bagi pemenang ATM Co-Branding bjb Cinta Guru bersaldo minimum rata-rata Rp 2,5 juta periode Oktober-Desember 2016, ini pun menjadi upaya pihaknya meningkatkan customer engagement. "Adanya program itu, kami harap bank bjb menjadi bank transaksional para guru dan tenaga kependidikan,"katanya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional Jabar, Sarwono mengatakan, pihaknya merespon program bjb ini secara positif. "Dana sertifikasi yang tersimpan di bjb dapat memperkuat struktur finansial bank bjb. Kami sangat mengapresiasi program bjb ini," ujarnya.
?
Sarwono menambahkan, sejauh ini, Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi sumber dana perbankan. Namun, ucapnya, berkaitan dengan DPK, hampir seluruh perbankan mengalami persoalan yang sama.
?
"Mayoritas DPK adalah deposito. Ini dana mahal. Jika dibiarkan, berpotensi menjadi tidak sehat karena dana mahal. Untuk itu, kami mendorong seluruh perbankan, termasuk bank bjb, untuk terus meningkatkan DPK non-DPK, yaitu tabungan dan giro,"pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement