Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional VI Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua), Bambang Kiswono, menyatakan indeks literasi keuangan Sulawesi Selatan tumbuh dua kali lipat dari 14,36 persen pada 2013 menjadi 28,36 persen pada 2016. Sayangnya, indeks literasi keuangan Sulsel masih berada di bawah angka nasional yang mencapai 29,7 persen.
Bambang mengaku optimistis indeks literasi keuangan Sulsel akan bertumbuh dan mampu melampaui nasional, seperti indeks inklusi keuangan. "Untuk indeks inklusi keuangan Sulsel dari 47,51 persen menjadi 68 persen. Itu berada di atas angka nasional sebesar 67,8 persen. Ke depannya akan terus meningkat lebih cepat melampaui target nasional sebesar 75 persen pada 2019," kata Bambang, di Makassar, kemarin.
Berdasarkan data OJK, DKI Jakarta menjadi daerah yang memiliki indeks literasi dan keuangan tertinggi di Indonesia. Ibu kota negara itu mencatatkan indeks literasi sebesar 40 persen dan indeks inklusi sebesar 78,18 persen. Adapun posisi kedua untuk indeks literasi keuangan ditempati Jawa Barat sebesar 38,70 persen dan DI Yogyakarta sebesar 38,55 persen.
Selanjutnya bila dilihat dari indeks inklusi keuangan, posisi kedua dipegang oleh DI Yogyakarta sebesar 76,73 persen dan Bali sebesar 76 persen. Sedangkan provinsi dengan indeks literasi paling kecil adalah Papua Barat sebesar 19,27 persen, disusul Nusa Tenggara Barat 21,45 persen. Kemudian indeks inklusi keuangan terendah ditempati Papua Barat sebesar 58,55 persen dan Kalimantan Selatan sebesar 59,27 persen.
Guna menggenjot inklusi keuangan di Sulsel secara merata, Bambang mengatakan pihaknya akan mendorong beberapa program. Di antaranya yakni laku pandai, simpanan pelajar, jaring, asuransi pertanian, ternak dan nelayan serta pembentukan Lembaga Keuangan Masyarakat.
Ketua Dewan Komisioner OJK RI, Muliaman D Hadad, mengatakan pihaknya akan terus mendorong agar indeks literasi dan inklusi keuangan di daerah bisa semakin baik. Dengan begitu pertumbuhan ekonomi akan lebih terpacu dan masyarakat tidak mudah tertipu dengan investasi yang tidak jelas.
"Sekarang sudah lewat zamannya melek huruf, tapi harus melek uang. Masyarakat jangan mudah tergiur dengan investasi yang tidak jelas yang berujung kerugian besar," pungkas Muliaman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Sucipto
Tag Terkait:
Advertisement