Riau harus menggali berbagai potensi daerah untuk meningkatkan perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terkait dana bagi hasil (DBH) di sektor migas makin menurun.
"Berbagai potensi daerah itu, berasal dari sumber daya alam unggulan yang cukup banyak diantaranya sagu dan gula enau yang bisa berkembang dengan baik pada lahan gambut," kata Ketua Bappeda Riau Rachmad Rahim, di Pekanbaru, Kamis (16/2/2017).
Ia mengatakan itu, terkait "kopi gula Melaka" yang laris di Malaysia padahal bahan bakunya berasal dari Riau yakni gula aren berasal dari pohon enau yang tumbuh di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, namun Riau belum mampu memanfaatkan tanaman asli daerah itu dengan maksimal.
Menurut dia, tanaman pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil nira dan gula.
Gula aren, katanya, bisa diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes.
"Sedangkan cairan manis yang diperoleh dinamai nira, berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tandan yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore,"katanya.
Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu).
Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga seba gai gula semut.
Untuk pengembangan usaha ini, katanya, perilaku 'enterpreneur' harus dikembangkan di kalangan UMKM Riau agar mereka juga bisa bersaing apalagi MEA sudah berlangsung sejak setahun terakhir.
Ia mengakui bahwa selama ini, kendala utama bagi pengembangan UMKM adalah di sektor permodalan, bahan baku dan pemasaran.
"Diperlukan korporasi dari berbagai pihak untuk bisa mendidik pelaku UMKM di daerah ini sehingga mereka ke depan mampu berkontribusi untuk meningkatkan PAD," katanyadan menambahkan bahwa untuk membuka terobosan baru tersebut harus dibarengi dengan keinginan daerah membuka komunikasi dan membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement