PT Virtus Technology Indonesia, penyedia solusi teknologi informasi dan anak perusahaan CTI Group menawarkan solusi keamanan enterprise terbaru dengan teknologi isolasi terhadap malware hasil kerja sama dengan Menlo Security.
?Bisa dikatakan hampir semua cyber attack yang berhasil, bersumber dari public internet. Sayangnya, solusi security yang ada umumnya hanya memfilter website berdasarkan reputasi dan behavior sehingga akses hanya diberikan pada website dengan kategori baik dan menutup akses untuk kategori buruk," kata Presiden Direktur Virtus Erwin Kuncoro dalam siaran persnya yang diterima redaksi Warta Ekonomi, Jakarta, Senin (20/3/2017).
Dikatakan Erwin pengkategorian ini belum tentu akurat dan bisa saja terjadi false positif dan false negatif. Ketika false negatif terjadi, hacker dapat menyusup ke endpoint untuk mencuri informasi atau mengelabui user melalui teknik phishing.
"Ini sangat mengkhawatirkan karena menurut riset hampir separuh perusahaan di Indonesia mengalami insiden phishing,? imbuh Erwin. Menurut penelitian yang dilakukan Menlo Security, sebuah situs masuk dalam kategori berbahaya apabila situs tersebut, baik homepage maupun background sites, menjalankan software yang rentan terhadap serangan.
Adapun situs yang dinilai paling besar celah keamanannya adalah news dan media, entertainment dan arts, serta travel. Tidak seperti metode security konvensional, solusi Menlo Security memiliki platform isolasi yang melakukan filter terhadap website, email dan dokumen dalam satu ruang isolasi disebut sandbox sebelum menuju ke perangkat user.
"Melalui teknik ini, kode atau skrip jahat akan disaring dan memungkinkan konten baik untuk masuk dengan normal. Sandbox berbasis cloud ini beserta isinya akan dihapus pada akhir setiap sesi web, sehingga pengguna tidak akan menerima skrip berbahaya pada komputer mereka. Pengguna juga tidak akan merasakan perbedaan interface setelah dan sebelum menggunakan solusi ini meski sebenarnya aktivitas browsing mereka telah diisolasi," paparnya.
Erwin menambahkan solusi ini hemat biaya karena perusahaan tidak perlu melakukan pembaharuan dengan software tambahan. "Selain itu, risiko masuknya malware ke end point dapat berkurang hingga 0% karena konten tidak pernah mencapai komputer pengguna di mana pengguna hanya mendapat proyeksi saja," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Dewi Ispurwanti
Tag Terkait:
Advertisement