Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gerakan Tanam Serentak Sukses Tekan Harga Cabai

Gerakan Tanam Serentak Sukses Tekan Harga Cabai Kredit Foto: Dok. WE
Warta Ekonomi, Yogyakarta -

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan gerakan tanam cabai serantak berhasil menekan harga cabai rawit merah yang sempat melambung di atas Rp100 ribu/kilogram di daerah itu.

"Gerakan tanam cabai serentak menurut saya cukup efektif menekan harga," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Arofa Noor Indriani di Yogyakarta, Minggu (26/3/2017).

Menurut Arofa, program tanam cabai yang dimulai dengan penyerahan 25.000 bibit cabai oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY kepada tim penggerak PKK DIY pada 30 Januari mampu mengurangi kebutuhan cabai rumah tangga serta menghindari potensi kelangkaan cabai.

"Dengan terpenuhinya kebutuhan cabai secara mandiri secara otomatis akan mengurangi pengeluaran harian rumah tangga, khususnya terhadap kebutuhan cabai," kata dia.

Arofa berharap gerakan tanam cabai itu bisa terus diikuti dengan gerakan tanam cabai masyarakat secara mandiri dan menyeluruh.

Berdasarkan pemantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY rata-rata harga cabai rawit merah per 22 Maret 2017 di Pasar Demangan, Pasar Bringharjo, dan Pasar Kranggan Yogyakarta mencapai Rp61.667 per kilogram atau turun drastis dari beberapa pekan sebelumnya yang masih mencapai Rp117.667 per kilogram (kg).

Meski demikian, Arofa tetap meyakini bahwa produksi berbagai jenis cabai termasuk cabai rawit merah di DIY selama ini cukup melimpah. Kelangkaan cabai rawit merah, menurut dia, bukan disebabkan tingkat produksi, melainkan terkait dengan distribusi komoditas itu ke daerah lain.

Menurut dia, 75 persen produksi cabai di DIY selama ini lebih banyak disalurkan ke daerah-daerah lain seperti Jawa Barat dan DKI Jakarta. Selain kualitas cabai di DIY banyak diminati daerah lain, petani cabai di DIY lebih memilih menjual ke daerah lain karena dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.

"Sehingga untuk mencukupi kebutuhan masyarakat DIY sendiri, kita justru harus mendatangkan dari daerah lain seperti Muntilan dengan harga yang lebih tinggi," kata dia. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: