Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kawasan Leuser Terancam Rusak, Konsorsium LSM Surati Unesco

Kawasan Leuser Terancam Rusak, Konsorsium LSM Surati Unesco Kredit Foto: Berbagitrip.com
Warta Ekonomi, Banda Aceh -

Sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang tergabung dalam Konsorsium LSM Lingkungan menyurati Pusat Warisan Dunia Unesco terkait ancaman kerusakan kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

"Kami menyurati Pusat Warisan Dunia Unesco karena adanya ancaman kerusakan serius KEL oleh rencana pembangunan pembangkit listrik panas bumi di kawasan Leuser," ungkap Direktur Orangutan Informatian Centre (OIC) Panut Hadisiswoyo di Banda Aceh, Senin (27/3/2017).

Selain OIC, Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP), dan Yayasan Hutan Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA) juga tergabung dalam Konsorsium LSM Lingkungan.

Kawasan Leuser memiliki luas sekitar 2,6 juta hektare. Kawasan ini berada di Provinsi Aceh dan sebagian wilayah Sumatera Utara. Kawasan Leuser dinobatkan sebagai situs warisan dunia dan kawasan tidak tergantikan.

Menurut Panut Hadisiswoyo, sejumlah mega proyek yang direncanakan dibangun di dalam Kawasan Ekosistem Leuser mengancam keberadaan hutan-hutan di tempat itu.

Oleh karena itu, Pusat Warisan Dunia Unesco perlu mengintervensi untuk menghindari hancurnya hutan tropis Sumatra di Kawasan Leuser tersebut.

"Kami mendesak Pusat Warisan Dunia mengambil langkah strategis mencegah terlaksananya proyek tersebut di areal KEL. KEL merupakan kawasan terakhir orangutan, badan, harimau, dan hayat hidup bersama. Dan ini harus dilindungi," kata Panut Hadisiswoyo.

Pembangunan pembangkit listrik panas bumi tersebut berada di zona inti kawasan Leuser. Dan pemerintah Indonesia terus dilobi oleh perusahaan yang berencana membangunnya agar merezonasi kawasan inti tersebut.

Ketua Yayasan HAkA Farwiza mengaku khawatir perusahaan yang berencana membangun pembangkit listrik tersebut terus melakukan rapat tertutup dengan kementerian terkait, sehingga mega proyek itu terealisasi.

"Mega proyek ini akan menghancurkan habitat sejumlah satwa dilindungi dan terancam punah. Mega proyek tersebut juga tidak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat Aceh," ungkap dia.

Direktur Program Konservasi Orangutan Sumatra Ian Singleton mengatakan, KEL merupakan ekosistem hutan hujan terbesar di Aceh Tenggara. Kawasan ini merupakan harapan terakhir bagi orangutan, gajah, badak, harimau sumatra, dan spesies langka lainnya.

"Akan sangat ironi apabila ekosistem yang begitu berharga dan tidak ternilai seperti di kawasan Leuser hilang karena pembangunan pembangkit listrik," kata Ian Singleton. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: