Peru, pada Jumat (31/3/2017), mendesak semua negara menerapkan tindakan keras seperti yang dilakukan negara itu terhadap Venezuela dan agar menarik duta-duta besar mereka dari Venezuela.
Desakan itu dinyatakan untuk menentang pengambilalihan "otoriter" Kongres Venezuela oleh Mahkamah Agung yang propemerintah.
Mahkamah Agung Venezuela pada awal pekan ini mengambil alih kendali kongres, yang dianggap para pengkritik sebagai suatu kudeta.
Protes dan kecaman internasional telah meningkat sepanjang Jumat sementara Peru menerapkan sikap paling keras di kawasan Amerika.
Peru, yang dipimpin Presiden Pedro Pablo Kuczynski, telah secara langsung menarik duta besarnya setelah menyebut pengambilalihan itu sebagai "pelanggaran menyolok terhadap demokrasi".
"Negara-negara lain harus melakukan tindakan serupa supaya Venezuela tahu bahwa hanya dia yang mengambil langkah seperti itu," kata Wakil Presiden Peru Martin Vizcarra kepada Reuters.
"Kalau kita menginginkan sebuah negara, sebuah kontinen yang akan dipimpin oleh (pemerintahan) demokrasi, menurut saya semua negara harus menerapkan sikap tegas dengan menentang semua bentuk kudeta atau otoriterianisme." Peru muncul sebagai pemimpin potensial dalam upaya kawasan menekan Venezuela untuk melakukan reformasi demokratis di tengah kekosongan strategi dari Amerika Serikat.
AS sendiri menyebut langkah mahkamah agung Venezuela itu sebagai "kemunduran serius bagi demokrasi." Pekan lalu, Meksiko memanggil duta besarnya ke tanah air untuk berkonsultasi menjelang pertemuan Organisasi Negara-negara Amerika, kata seorang sumber pada kementerian luar negeri Meksiko.
Duta besar tersebut sekarang sudah kembali ke Karakas dan belum dipanggil lagi ke Meksiko sejak Mahkamah Agung melancarkan pengambilalihan.
Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, Jumat, menyatakan kekhawatiran soal "kemunduran demokrasi" di Venezuela dan memerintahkan kementerian luar negeri negaranya untuk mengemukakan masalah itu pada pertemuan Organisasi Negara-negara Amerika.
"Menyangkut peristiwa ini, kita tidak bisa bersikap berbeda. Seperti kita juga tidak bersikap beda pada 2002 ketika ada upaya ilegal untuk menggulingkan pemerintahan," kata Pena Nieto. Ia mengacu pernyataannya itu pada percobaan kudeta terhadap mentor politik Presiden Venezuela Nicolas Maduro, mendiang presiden Hugo Chavez. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Advertisement