Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemilu Serentak Menyimpan Potensi Keruwetan

Pemilu Serentak Menyimpan Potensi Keruwetan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pimpinan Fraksi PKB MPR RI, Lukman Edy menyampaikan keprihatinannya terkait kemungkinan bakal kacaunya pelaksanaan pemilu serentak 2019. Besar kemungkinan, kata Edi, pemilu 2019 akan diwarnai praktik politik uang dan perang sara yang sangat masif. Kemungkinan ini bisa terjadi karena selama ini hampir tidak ada pihak yang melakukan pendidikan politik, termasuk KPU dan Bawaslu. Karena yang dilakukan KPU dan Bawaslu adalah sosialisasi pemilu, bukan pendidikan politik.

Selain politik uang dan perang sara, pemilu 2019 juga akan diwarnai keruwetan dalam hal penghitungan surat suara. Kalau selama ini penghitungan surat suara di TPS baru selesai dini hari, maka pada 2019, pelaksanaan penghitungan suara, kemungkinan baru akan selesai satu hari setelah pencoblosan. Karena itu KPU harus memiliki strategi yang jitu, agar mampu menyelesaikan proses penghitungan suara secara cepat dan akurat.

Pernyataan itu disampaikan Lukman Edy saat menjadi narasumber pada acara dialog pilar negara, kerja sama MPR dengan komisariat wartawan parlemen. Acara tersebut berlangsung di Press Room MPR, DPR dan DPD Rabu (5/4/2017). Bersama pengamat hukum tata negara, Margarito Kamis, keduanya membahas tema "Menuju Pemilu Serentak 2019"

Untuk memudahkan rekapitulasi surat suara, kata Lukman DPR telah mengusulkan e-voting. Tetapi usulan tersebut ditolak KPU dan Bawaslu. Kedua penyelenggara pemilu, itu khawatir dengan kemungkinan terjadinya pembajakan IT, saat penghitungan berlangsung.

KPU juga bilang masyarakat belum siap melakukan e-voting. Memang ada yang gagal, dan kembali pada sistem manual, tetapi tak ada satu negara pun yang melakukan penghitungan sampai pagi, kecuali Indonesia. Padahal, BPPT sebagai lembaga yang menguasai persoalan teknologi sudah menyampaikan kesiapannya. Mereka juga mengatakan, setiap pembajakan melalui internet akan selalu terlacak.

Untuk mengefisiensikan penghitungan Pansus RUU pemilu, kata Lukman Edy sepakat untuk memotong perhitungan jalur penghitungan. Dulu dari TPS ke kelurahan dan kecamatan, nantinya dari TPS akan langsung dibawa ke kabupaten kota, tanpa melalui desa dan kecamatan.

"Ini pun sudah banyak dikritik, dikatakan DPR sengaja melakukan penggiringan. Padahal pemotongan jalur penghitungan ini bertujuan agar KPU mau menggunakan Erekap", ?kata Lukman Edy lagi.

Menyinggung kemungkinan akan ruwetnya pelaksanaan pemilu 2019, pengamat hukum tata negara Margarito Kamis meminta MPR untuk kembali berpikir untung ruginya melakukan pemilu serentak. Kemudian mengambil keputusan untuk kembali pada pemilu tak langsung yang pernah dilakukan di Indonesia.

"Terutama dalam pilkada serentak, Jakarta contohnya, saling mencaci dan menghujat, itu bukan kepribadian kita. Selain itu, pemilu langsung juga bukan demokrasi Pancasila. Kerusuhan di Jakarta, ternyata juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia," kata Margarito menambahkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Dewi Ispurwanti

Advertisement

Bagikan Artikel: