Kredit Foto: Eksplorasi.id
Pengusaha nasional yang membuat anjungan minyak dan gas lepas pantai meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprioritaskan produk lokal yang kualitasnya telah diakui di banyak negara.
Direktur Komersial PT Gunanusa Utama Fabricator Ramli Simatupang di Serang, Banten, Kamis (6/4/2017), mengatakan dukungan pemerintah melalui SKK Migas membuat industri anjungan migas dalam negeri akan mampu bersaing di dunia internasional.
Menurut dia, keharusan perusahaan migas untuk menggunakan 30 persen kandungan lokal cukup membantu industri pembuat anjungan migas lepas pantai termasuk PT Gunanusa Utama Fabricator.
"Kami terima kasih kepada SKK Migas yang memprioritaskan kontraktor lokal," kata Ramli saat menerima kunjungan lapangan SKK Migas di lokasi pabriknya, Desa Margasari, Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang.
Dia mengatakan sejak berdiri 1983, Gunanusa telah membuat sekitar 100 unit anjungan migas lepas pantai baik di dalam maupun luar negeri, bahkan ada yang dikirim langsung dari Serang ke Amerika Serikat secara utuh.
Gunanusa sering menang tender pengadaan anjungan lepas pantai di India, Thailand, Myanmar, dan Brunei.
Saat ini, perusahaan swasta nasional itu sedang menggarap empat anjungan lepas pantai, termasuk pesanan di Myanmar.
Semua anjungan dibuat di pabriknya di Serang lalu dikirim ke negara tujuan melalui jalur laut.
Dia mengakui saingan dalam tender-tender internasional sangat ketat namun perusahaannya sering menang tender dengan harga lebih kompetitif dibandingkan dengan perusahaan dari negara lain karena menggunakan tenaga kerja lokal.
"Kami bangga sebagai Indonesia. Kami merasa tuan di negara sendiri dan tidak menjadi pembantu di negara sendiri. Kita mampu bersaing dengan perusahaan raksasa asing di luar negeri," katanya menegaskan.
Dia mengatakan tenaga ahli termasuk insinyur Indonesia sangat mumpuni dibandingkan dengan ahli asing dalam membuat anjungan lepas pantai.
"Insinyur kita jago-jago semua. Kita tidak kalah dengan asing. Saya mending pakai orang Surabaya atau Jakarta dibanding orang asing. Orang asing itu mahal. Bayarnya pakai dolar dan kemampuan kalah dengan orang-orang kita," katanya.
Sementara itu, Sekretaris SKK Migas Budi Agustiono mengakui teknologi pengeboran migas dalam negeri tidak kalah dengan asing.
"Mungkin kurang promosi. Sekilas tampak buatan asing karena dipakai perusahaan asing, padahal buatan lokal," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Advertisement