Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

APP Sebut Getah Kayu Jadi Potensi Energi Terbarukan

APP Sebut Getah Kayu Jadi Potensi Energi Terbarukan Kredit Foto: Antara/Yudha
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan produsen kertas APP Sinar Mas dalam ajang Indogreen Environment & Forestry Expo di Jakarta, 13-16 April 2017, mensosialisasikan potensi teknologi energi baru terbarukan menggunakan getah dan kulit kayu tanaman industri.

Rilis APP Sinar Mas yang diterima di Jakarta Jumat (14/4/2017) menyatakan pabrik kertas terbesar di Asia tersebut memanfaatkan getah kayu tanaman industri sebagai bahan baku pembangkit listrik atau "recovery boiler" yang berkapasitas mencapai 12.000 TDS (ton padatan kering) per hari atau 2.030 ton uap per jam.

Getah kayu dikentalkan melalui proses penguapan hingga 80 persen padat untuk kemudian dibakar di "recovery boiler". Energi panas yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mendidihkan air dan menciptakan uap air bertekanan tinggi yang disalurkan ke turbin dan sumbu generator untuk menghasilkan listrik.

Kehadiran teknologi itu dinilai akan mengurangi kebutuhan penggunaan minyak dan gas dalam "kiln" kapur hingga 80 persen serta menggunakan kulit kayu dari pohon sebagai "biofuel".

Teknologi "recovery boiler" dan "bark gasification" pada pabrik OKI Pulp & Paper tersebut mampu menghasilkan sekitar 750 megawatt listrik, murni dari energi terbarukan.

Pada pameran ini APP Sinar Mas juga memamerkan sistem Manajemen Penanggulangan Kebakaran Terintegrasi atau "Integrated Fire Management (IFM)" dalam upaya pencegahan karhutla.

Sebelumnya, penggunaan energi panas bumi sebagai salah satu sumber energi terbarukan di Indonesia dinilai masih sangat mahal sehingga perlu dilakukan sejumlah kebijakan agar lebih terjangkau.

"Komisi XI ingin mencarikan solusi dengan menteri terkait agar panas bumi ini bisa masuk dalam skema penjualan yang terjangkau oleh masyarakat," kata Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir.

Akibat pengembangan teknologi yang masih mahal, menurut dia harga listrik dari pembangkit listrik panas bumi juga relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan penggunaan listrik dari energi fosil.

Menurut politisi PAN itu, salah satu cara untuk mendapatkan angka ideal dari harga panas bumi dapat dilakukan dengan cara melakukan subsidi silang dari bahan bakar fosil sehingga bisa masuk dalam hitungan skala ekonomi dan komersial.

Dia juga menyoroti dampak penerimaan negara bukan pajak dari pemanfaatan energi terbarukan yang kurang memberikan optimalisasi terhadap penerimaan negara.

Sementara itu, anggota Komisi XI DPR Willgo Zainar mengusulkan pusat riset panas bumi untuk mengukur risiko pembiayaan serta dalam rangka mitigasi risiko.

"Potensi perkembangan sumber energi panas bumi akan terus meningkat. Saya kira potensi khususnya geothermal sangat besar dan ini merupakan proyek investasi jangka panjang," kata Wullgo Zainar.

Politisi Partai Gerindara itu juga mengusulkan dukungan program penyertaan modal negara khususnya dalam bidang pengembangan geothermal atau panas bumi di berbagai daerah. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: