Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Theresa May: Sudahi Teror Yang Berkelanjutan

Theresa May: Sudahi Teror Yang Berkelanjutan Kredit Foto: Antara/Reuters/Christopher Furlong
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perdana Menteri Theresa May mengatakan Inggris harus lebih keras dalam mencegah para militan Islam ekstremis setelah penyerang menewaskan setidaknya tujuh orang dengan membawa sebuah mobil van yang menyasar para pejalan kaki di Jembatan London dan menikam orang-orang yang sedang hang out di sebuah bar.

Setelah serangan militan ketiga di Inggris dalam waktu kurang dari tiga bulan, May menyatakan pemilihan umum nasional pada hari Kamis akan terus berlanjut. Tapi dia mengusulkan untuk meregulasi kembali cyberspace dan mengatakan bahwa Inggris terlalu toleran terhadap ekstremisme.

"Sudah waktunya mengatakan cukup," kata pemimpin Konservatif itu di luar kantornya di Downing Street, tempat bendera Inggris terbang di setengah tiang, sebagaimana dikutip dari laman Nikkei Asian Review, di Jakarta, Senin (5/6/2017).

"Kita tidak bisa dan tidak boleh berpura-pura bahwa segala sesuatu dapat berlanjut seperti apa adanya," tegas May, dirinya menambahkan bahwa Inggris diserang oleh militan tiruan baru yang belum berpengalaman.

Islamic State atau ISIS, yang sudah kehilangan wilayah di Suriah dan Irak karena serangan yang didukung oleh koalisi pimpinan A.S., mengatakan bahwa militannya bertanggung jawab atas serangan tersebut, kata media agensi kelompok tersebut, Amaq, dalam sebuah pernyataan yang dipantau di Kairo.

Seorang warga negara Prancis dan satu orang Kanada termasuk di antara mereka yang terbunuh. Sedikitnya 48 orang terluka dalam serangan tersebut. Pihak Australia juga mengatakan salah satu warganya termasuk di antara yang terluka.

Polisi menembak mati ketiga penyerang pria di area Borough Market di dekat Jembatan London dalam kurun waktu delapan menit setelah menerima panggilan darurat pertama tak lama setelah pukul 10.00 WIB.

Mark Rowley, kepala polisi anti-terorisme, mengatakan delapan petugas telah menembakkan sekitar 50 peluru untuk menghentikan penyerang, yang tampaknya merupakan pelaku bom bunuh diri karena mereka mengenakan rompi bunuh diri palsu.

"Situasi yang dihadapi para petugas waktu itu sangan genting: masalah hidup dan mati," kata Rowley. "Saya tersanjung oleh keberanian para petugas yang cepat-cepat menuju ke pelaku bom bunuh diri walaupun belum pasti, dan pikiran mereka hanya fokus melindungi orang lain." ujarnya.

Seorang warga sipil menerima luka tembak yang tidak mematikan. Namun, Polisi tidak menyebutkan siapa nama penyerangnya. Polisi London menahan 12 orang di distrik Barking, London timur, sehubungan dengan serangan dan penggerebekan yang berlanjut di sana, kata seorang petugas. Seorang fotografer Reuters melihat ada serangan lain di dekat East Ham.

Kurang dari dua minggu yang lalu, seorang pembom bunuh diri membunuh 22 anak-anak dan orang dewasa di sebuah konser oleh penyanyi A.S. yakni Ariana Grande di Manchester, Inggris utara. Pada bulan Maret, dalam sebuah serangan yang serupa dengan hari Sabtu, lima orang meninggal setelah seorang pria melaju ke pejalan kaki di Westminster Bridge di London tengah dan menusuk seorang anggota polisi.

May menyatakan serangkaian serangan di atas tidak terkait dalam hal perencanaan dan pelaksanaan, namun terinspirasi oleh apa yang dia sebut "ideologi tunggal militan Islam ekstremis" yang mewakili penyimpangan terhadap ajaran Islam yang sebenarnya.

Dia menyatakan bahwa ideologi ini harus dihadapi baik di luar negeri maupun di dalam negeri, dirinya menambahkan bahwa internet dan perusahaan penyedia layanan internet menyediakan ruang untuk ekstremisme semacam itu untuk berkembang biak.

Facebook menyatakan ingin menjadikan platform media sosialnya sebagai "lingkungan yang tidak bersahabat" bagi teroris. Twitter juga menyatakan bahwa pihaknya berupaya mengatasi penyebaran propaganda militan.

Setelah serangan Manchester, Inggris segera menaikkan tingkat ancamannya menjadi "kritis", yang berarti sebuah serangan diperkirakan akan segera terjadi, namun menurunkannya kembali ke "parah", yang berarti serangan sangat mungkin terjadi, pada (27/52017).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: