Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi yang digadang-gadang maju di Pilgub Jabar, terancam tak mendapat restu dari Ketua DPP Golkar Jabar Setya Novanto. Surat rekomendasi DPP Golkar untuk Dedi dikabarkan mandeg di tangan Setnov panggilan Setya Novanto.
Jika kemudian Dedi tak direstui Setnov di Pilgub Jabar, pengamat politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Muradi menilai, itu karena Golkar selama ini bervisi kekuasaan. Dalam artian, jika kadernya berpotensi kalah, maka kader atau non kader lain yang akan direkomendasikan, contoh kasus di Pilkada DKI Jakarta.
"Golkar tidak bisa diukur dengan pertimbangan ideologis, tidak seperti misalnya PDI-P atau PKS.? Sehingga, pertimbangannya mau majuin kader sendiri tapi kalah atau majuin non kader atau kader lain tapi Golkar menang," ujar Muradi melalui sambungan telpon kepada wartawan Purwakarta, Senin (12/6/2017).
Sejauh ini, belum ada kader Golkar lain selain Dedi yang akan maju di Pilgub Jabar. Dalam survey Indobarometer, terkait elektabilitas, dari enam nama, Dedi menempati urutan tiga tingkat elektabilitas tinggi dengan raihan 12.6 persen, di bawah Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil.
Selain itu, pada Rapimda Partai Golkar Jabar di Karawang belum lama ini, pengurus daerah Golkar di kabupaten dan kota se-Jabar, merekomendasikan Dedi untuk maju di Pilgub Jabar dari partai berwarna kuning itu.
"Golkar selaku menghitung kalkulatif sekali, perlu hati-hati dalam memutuskan orang maju dalam Pilguib Jabar. Jika Dedi tidak cakap, bisa saja mendukung yang lain. Apalagi, pada beberapa pilgub, Golkar seringkali kalah," katanya.
Kalaupun Setnov tidak merestui Dedi, menurutnya, itu tidak serta merta diukur dalam perkara untuk atau rugi bagi partai. Pasalnya, tradisi di Golkar cenderung merestui calon yang berpotensi menang.
"Untung rugi dalam politik diukur belakangan. Mengajukan Dedi tapi kalah, atau mengajukan orang lain tapi menang. Memang Golkar tidak punya kader lain yang lebih berpotensi dibanding Dedi, tapi jika pertimbangannya pilih Dedi tapi kalah atau pilih orang lain tapi menang, saya kira itu pertimbangan wajar dari Setya Novanto," katanya.
Setnov menurutnya cukup jeli dalam merumuskan siapa yang akan maju. Apalagi, warga Jabar sangat sensitif dalam memilih pemimpinnya.
"Prinsip-prinsip dalam politik demokrasi menang kalah biasa, mau beda satu suarapun tetap kalah. Jadi Golkar menghitung betul, apa yang dilakukan Setya Novanto jeli, bisa saja munculkan nama Dedi tapi bisa jadi enggak karena pertimbangan lain," kata Muradi.
Meski begitu, jika mempertimbangan faktor ideologis, Muradi menyarankan agar Golkar merestui Dedi di Pilgub Jabar. "Saya menilai Dedi punya potensi menang dan dia kader Golkar yang punya potensi," ujarnya.
Sinyal Setnov tidak merestui Dedi disampaikan politisi senior Golkar, Ade Komarudin di kediamannya, di Desa Benteng Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta.
"Perjuangan yang dilakukan Dedi Mulyadi untuk maju di Pilgub Jabar itu panjang sekali, karenanya menurut saya pimpinan DPP Golkar harus menghargai apa yang dilakukan Dedi," ujar Ade usai meresmikan pesantren Tahfidz Yatim Piatu Al Muchtar miliknya, di Desa Benteng Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta, Minggu (11/6).?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Angga Nugraha
Editor: Vicky Fadil
Advertisement