Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Isu Boikot Starbucks Bisa Dimanfaatkan Kompetitor

Isu Boikot Starbucks Bisa Dimanfaatkan Kompetitor Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seruan boikot jaringan kedai kopi global asal Amerika Serikat belum lama ini mencuat. Hal ini diduga terjadi lantaran adanya pernyataan dari CEO Starbucks, Howard Schultz yang menyerukan dukungannya terhadap aksi pernikahan sejenis atau lesbian, gay, biseksual, dan transgender/transeksual.

Imbas dari pernyataan tersebut, ikut menarik turun harga saham Starbucks Corporation (SBUX), Mengacu pada bursa saham NASDAQ tempat di mana saham Starbucks Corporation diperdagangkan, harga saham perseroan dalam 1 bulan terakhir anjlok 9,36% menjadi US$58,25 pada perdagangan kemarin (3/7/2017), padahal pada tanggal 5 bulan lalu harga saham perseroan masih bertengger di angka US$64,27.

Hal yang sama diduga terjadi pada pemegang lisensi Starbucks Indonesia, PT MAP Boga Lestari Tbk (MAPB). Harga saham perseroan pada perdagangan hari ini tercatat turun 7,61% menjadi Rp2.910, bandingkan dengan harga saham perseroan di bulan lalu yang masih tercatat di level Rp3.150 per saham.

Menanggapi hal tersebut, Analis Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan mengatakan penurunan harga saham MAP Boga Lestari terjadi bukan semata karena seruan boikot Starbucks. Namun ada juga faktor technical correction, apalagi jika melihat perdagangan saham perusahaan di 2 hari lalu yang sempat berada di level tertingginya.

?Sentimen boikot memang memengaruhi laju harga saham MAPB, tetapi hanya sedikit. Apalagi jika melihat segmen pasar dari Starbucks sendiri,? katanya kepada Warta Ekonomi, Selasa (4/7/2017). Lebih lanjut dirinya mengatakan mayoritas investor saham yang mengoleksi saham MAPB akan bersandar pada faktor fundamental perusahaan. Hal itu baru dapat terefleksi di kinerja kuartal tiga tahun ini.

Ditambahkannya, adanya isu ini juga secara tidak langsung dapat menguntungkan kompetitor. Karena jika ada investor yang fanatik tentu akan beralih pada perusahaan kopi lain. ?JIka isu boikot ini masuk ke ranah kebijakan, mungkin itu akan berdampak pada penjualan produknya. Saat ini isu tersebut masih merupakan pandangan dari beberapa kelompok saja,? tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: