Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BPS dan Bekraf Kembangkan Big Data Ekonomi Kreatif

BPS dan Bekraf Kembangkan Big Data Ekonomi Kreatif Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengadakan rapat koordinasi teknis (rakortek) Penyusunan Data Statistik Ekonomi Kreatif 2017 dalam rangka pengembangan big data?ekonomi kreatif.

Ketua Bekraf?Triawan Munaf mengatakan rakortek ini merupakan kelanjutan dari kerja sama antara BPS dan Bekraf yang telah dirintis tahun lalu.

"Pada 2016, BPS bekerja sama dengan Bekraf melakukan Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK). Survei ini menghasilkan indikator makroekonomi kreatif yang meliputi produk domestik bruto (PDB), tenaga kerja ekraf, dan ekspor barang ekraf," katanya kepada wartawan di Bandung, Kamis (6/7/2017).

Berdasarkan hasil SKEK, tiga subsektor ekraf yang menjadi primadona di antaranya fesyen, kriya, dan kuliner. Temuan lain dari hasil SKEK 2016 yaitu perusahaan di bidang startup?cenderung ditemukan pada tiga subsektor ekraf.

"Ketiga subsektor ekraf itu meliputi aplikasi dan game developer, desain komunikasi visual, dan desain produk," ujarnya.

Triawan mengungkapkan data strategis yang dihasilkan sejalan dengan prioritas pembangunan nasional keempat yaitu pengembangan dunia usaha dan pariwisata di mana salah satu kegiatan prioritasnya adalah ekosistem pengembangan ekraf.

"Kami menggunakan data itu sebagai dasar perumusan kebijakan sehingga kesinambungan ketersediaan data penting untuk dijaga," tuturnya.

Triawan menambahkan masih banyak data ekraf lainnya yang perlu untuk digali lebih lanjut. Melalui perluasan cakupan dalam penyusunan data ekraf, dia berharap dapat membantu para pemangku kepentingan dalam memajukan ekraf.

"Basis data yang kuat akan membantu Bekraf?dalam melihat kondisi ekraf di Indonesia," ujarnya.

Adapun, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto menyambut positif kerja sama ini, terlebih ekraf menjadi salah satu tumpuan perekonomian di Indonesia. "Ekonomi ekraf berpotensi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Kehadirannya menciptakan iklim bisnis yang positif," katanya.

Menurutnya, pada tahun 2015 sektor ekraf berkontribusi 7,38 persen tehadap total perekonomian nasional. Sedangkan PDB pada 2015 mencapai Rp852 triliun. Jumlah itu tumbuh sebesar 4,38 persen dibandingkan tahun 2014. Sementara dari sisi ketenagakerjaan, sektor ekraf mampu menyerap 15,9 juta tenaga kerja atau 13,90 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2015.

"Indikator lainnya yaitu ekspor barang-barang ekraf senilai US$19,4 miliar atau 12,88 persen dari total ekspor Indonesia pada 2015," imbuhnya.

Kecuk menambahkan penyusunan data statistik ekraf yang akan dimulai Juli ini dilakukan di lima provinsi yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

"Hasil kegiatan tahap I berupa data ekspor tahun 2016 yang akan rampung pada 29 September 2017 mendatang," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: