Manajemen PT Modern Internasional Tbk (MDRN) menyatakan jika keputusan untuk menutup seluruh gerai 7-Eleven (Sevel) per 30 Juni 2017 dilakukan guna menyelamatkan bisnis lainnya. Pasalnya, selama ini kerugian terbesar yang diperoleh perseroan memang berasal dari biaya operasional Sevel.
Direktur Modern Internasional Donny Susanto mengibaratkan jika penutupan Sevel ibarat memotong satu jari untuk menyelamatakan empat jari lainnya. Untuk itu, pihaknya akan lebih fokus untuk mengembangkan bisnis lain di luar Sevel yakni bisnis alat kesehatan dan percetakan.
"Contoh kami punya jari lima ada satu yang sakit. Memang sedih tapi harus kita potong supaya empat jari masih bisa hidup. Kita punya Richo dan lain-lain yang harusnya bisa berkembang karena fokus kita di Sevel. Mengenai rinciannya ke depan sedang kita bicarakan, yang penting lukanya harus diamputasi dulu," katanya di Jakarta, Jumat (14/7/2017).
Pihaknya?menyadari jika pada saat bisnis Sevel booming?pada tahun 2009 hingga 2010 perseroan terlalu bernafsu dalam melakukan ekspansi sehingga melakukan pembukaan Sevel secara masif.
"Pada tahun 2009-2010 respons baik sekali. Kami melakukan investasi cukup cepat dan agresif. Fasilitas dapur kita berstandar, dindingnya saja harus foodgrade. Tentu itu membutuhkan modal yang besar. Kami mungkin terlalu agresif," ungkapnya.
Menurut laporan keuangan konsolidasian MDRN kuartal I-2017 (tidak diaudit), perusahaan ini masih mengalami kerugian sebesar Rp447,9 miliar. Angka tersebut berbanding terbalik dengan kondisi perseroan di kuartal I-2016 yang masih mampu membukukan laba sebesar Rp21,3 miliar.
Adapun total liabilitas (kewajiban) MDRN di kuartal I-2017 mencapai Rp1,38 triliun sedangkan total asetnya mencapai Rp1,57 triliun. Jika dibagi rasio solvabilitas MDRN adalah 0,88 kali. Kewajiban itu sebagian besar dari Sevel.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement