Kementerian Pertanian menargetkan Indonesia masuk negara eksportir terbesar jagung pada 2020 setelah tidak mengimpor jagung pada 2017.
"Kami terus meningkatkan produksi jagung dari tahun ke tahun juga komoditas pangan lain," kata Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang saat panen perdana jagung di Desa Bulakan, Kecamatan Gunungkencana, Kabupaten Lebak, Rabu (26/7/2017).
Ia mengatakan kementerian terus mengoptimalkan bantuan sektor pertanian dengan menyalurkan berbagai bantuan kepada kelompok-kelompok tani guna mendukung swasembada pangan.
Penyaluran bantuan itu berupa benih, peralatan pertanian (alsintan) dan sarana produksi (saprodi).
Selain itu juga melibatkan stakeholder dan pendamping di antaranya TNI, Polri, Perum Perhutani dan PTPN.
Menurut dia, pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia berswasembada pangan dengan mengalokasikan dana cukup besar di sektor pertanian.
Alokasi sektor pertanian sekitar Rp600 ribu miliar guna mendukung swasembada pangan,termasuk jagung.
"Kami mendorong kepala daerah terus mengembangkan pertanian jagung guna mendukung kedaulatan pangan juga pendapatan ekonomi petani," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya mengapresiasi panen jagung di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, karena dapat menyumbangkan ketersediaan pangan nasional.
Panen jagung perdana di Desa Bulakan, Kecamatan Gunungkencana, seluas 300 hektare dari 700 hektare angka tanam dan mampu menghasilkan perdana produksi sebanyak 1.500 ton.
Produksi jagung tersebut sudah ditampung oleh pabrik ternak unggas PT Popan Balaraja Tangerang, sehingga menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
Keberhasilan pengembangan jagung tentu ke depan Indonesia sebagai negara penghasil jagung terbesar di dunia.
"Kami minta petani bekerja keras guna mewujdkan swasembada jagung," katanya.
Ia mengatakan, Kementerian menargetkan pengembangan tanaman jagung melalui program upaya khusus (upsus) di Provinsi Banten seluas 187.000 hektare pada 2017.
Pengembangan tanaman jagung tersebut diharapkan Provinsi Banten bisa memenuhi permintaan pasar domestik.
Oleh karena itu, pihaknya berharap tahun depan produksi jagung di Banten meningkat.
Apalagi, peemrintah telah menghentikan impor jagung sehingga peluang besar untuk petani memacu dan memotivasi meningkatkan produksi jagung.
Produksi jagung 2016 sebanyak 23,5 juta ton dan ditargetkan akhir 2017 sebanyak 24,5 ton dengan melibatkan 67 juta kepala keluarga petani.
Dengan peningkatan produksi jagung itu , pada 2020 Indonesia akan menjadi negara ekportir terbesar di dunia.
"Kami terus bekerja keras guna meningkatkan produksi jagung dan kesejahteraan masyarakat petani," katanya .
Gubernur Banten Wahidin Halim mengatakan pihaknya mengapresiasi pengembangan tanaman jagung yang digulirkan Kementan melalui program upsus sehingga dapat meningkatkan swasembada pangan juga peningkatan ekonomi masyarakat.
Namun, pihaknya meminta Kementan serius melaksanakan program pengembangan jagung karena dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi petani sebab, pengalaman tahun-tahun lalu terkadang program tersebut tidak berlanjut sehingga merugikan petani.
Artinya, jangan sampai petani menanam jagung namun tidak ada yang menampung pemasarannya.
"Kami optimistis Banten bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk masyarakat DKI Jakarta sehingga diharapkan pemerintah terus menyalurkan bantuan pertanian," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement